Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Entrepreneurship ala Profesional Kesehatan

3 November 2021   06:40 Diperbarui: 4 November 2021   07:27 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (envato elements/twenty20photos)

Di tengah sengitnya kompetisi perolehan kesempatan kerja formal, tidak mudah meraih cita yang ideal. Persaingan yang sengit itu ada lantaran jumlah lulusan yang tidak imbang dengan lapangan pekerjaan yang ada.

Tidak kurang dari 3000 kampus yang menyelenggarakan pendidikan kesehatan di Indonesia.

Jika dirata-rata satu kampus meluluskan 200 saja sarjana per tahun, maka tidak kurang dari 600.000 profesional muda kesehatan bermunculan setiap tahun.

Yang terbanyak adalah dari lulusan pendidikan keperawatan yang kampusnya lebih dari 880 buah di Indonesia. Disusul profesi bidan sekitar 600-an kampus.

Sementara, daya tampung Pemerintah untuk mengangkat mereka menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) juga swasta sangat terbatas.

Pemerintah hanya mampu menyerap sekitar 15% dari lulusan kesehatan ini. Kalaupun ada yang diserap swasta, professional muda ini tidak bisa langsung begitu saja mendapatkan upah layak.

Akibatnya, 85% atau sekitar 500 ribu lebih dari mereka mencari lahan baru tempat mencangkul. Istilah kerennya menjadi Entreprenur.

Di era digital ini, kehadiran ide guna menemukan suatu kegiatan yang baru tidak bisa dibendung. Orang kita sangat kaya dengan inovasi-inovasi dalam mencari sesuap nasi. Dari yang formal hingga yang lucu-lucu. Dari makanan, pakaian hingga perangkat kendaraan serta perabotan rumah. Semuanya bisa dijadikan lahan binis yang menjanjikan. Tentunya membutuhkan kiat-kiat tertentu.

Yeng menjadi persoalan adalah yang bernama nasib serta rejeki. Ada banyak orang yang telah mengikuti berbagai macam seminar, pelatihan dan workshop terkait bisnis ini.

Mereka juga telah bekerja keras, banting tulang, ke sana ke mari, tetapi tetap sama. Ternyata tidak berubah kondisi sosial ekonominya.

Di sisi lain, ada orang-orang yang kelihatannya sangat mudah, enak, nyaman dan menyejahterakan. Meski tidak bekerja keras, sepertinya keuntungan pasif datang dengan sendirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun