Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Harif Fadillah Vs Edy Wuryanto: Pertandingan Dua Jawara

20 Oktober 2021   16:33 Diperbarui: 20 Oktober 2021   16:34 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Otomotif Antara News & Sahabat Edy Wur (Facebook.com)

Di satu sisi, FH dianggap telah memberikan sumbangsih besar pada OP dengan ikut serta aktif semasa proses lahirnya Undang-Undang Keperawatan, walaupun saat itu FH belum menjabat sebagai Ketum. Posisinta diuntungkan saat menjadi Sekretaris Jenderal periode sebelumnya di bawah kepemimpinan Ibu Dewi Irawati, 2010-2015. Selama 6 tahun terakhir, FH banyak dihadapkan pada isyu-isyu besar terkait masalah hokum, registrasi, pekerjaan, gaji, hingga spesialisasi perawat. FH besar di organisasi profesi dan profesi lainnya yang ia raih, Hukum. FH menghadapi persoalan rumit dan boleh dibilang paling rumit dibandingkan periode kepemimpinan PPNI sebelumnya. Oleh sebab itu, kita patut hargai jika FH ingin melanjutkan visi misinya di lima tahun ke depan agar klop. Agar lengkap agendanya.

Di sisi lain, ada yang jenuh dengan kepemimpian FH yang dianggap tidak membawa perubahan yang berarti. Kita mengusung EW yang sebenarnya bukan pendatang baru, tetapi belum bisa diketahu sepak terjangnya dalam kanca nasional dan internasional keperawatan. Minimal FH pernah bicara di Jepang atau forum internasional lain. EW belum. Namun tidak ada salahnya mencoba. Siapa tahu, dengan pengalaman di parlemen dua tahun ini bisa membawa PPNI kea rah yang lebih baik. EW berasal dari Jawa Tengah, lulus Akper Muhammadiyah Semarang tahun 1990. Setahun lebih tua disbanding FH. Doktoralnya diambil di UGM. Latar beakangnya banyak dihabiskan di akademik yang FH tidak miliki.

Keduanya memiliki kelebihan. Keduanya memiliki kekurangan. Keduanya doctoral. Tetapi bukan itu yang dikehedaki oleh perawat Indonesia. Perawat Indonesia menghendaki kepemimpinan  masa depan adalah kepemimpinan yang cerdas, jujur dan berwibawa. Cerdas sebagai perawat kelas internasional yang mengedepankan prestasi akademik, menjunjung tinggi praktik, mengaktifkan dunia penelitian keperawatan agar bisa setara dengan perawat lain di dunia. Jujur karena perawat Indonesia sudah bosan dengan ketidak-terbukaan terutama masalah keuangan, anggaran dan rencana anggaran belanja organisasi, STR, seminar, pelatihan dan lain-lain kegiatan yang ada dananya. Berwibawa, karena perawat Indonesia tidak ingin dipandang dengan sebelah mata oleh rakyat, oleh profesi lain. Menjadi perawat cerdas, jujur dan berwibawa bukan persoalan panjangnya gelar. Sangat sederhana. Terlebih penekanan harus ada pada seberapa besar kita bisa meletakkan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi.

Bagaimanapun, kita tidak bisa berharap bahwa pemimpin masa depan kita bisa mewakili suara semua orang.  Keduanya tidak sempurna sebagaimana kita manusia. Meskipun demikian, kita boleh berharap, bahwa keduanya harus jauh lebih baik dari harapan kita.

Mari kita tunggu presentasi visi misi kedua Jawara itu besok mulainya di Bali. Yang terpenting adalah, siapapun pemenangnya, tetap kolega kita, perawat. Mari kita junjung dan dukung bersama.     

Aceh, 20 October 2021

Ridha Afzal   

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun