Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Uji Tulis Sebelum Kerja, Maunya Apa?

19 Maret 2021   08:57 Diperbarui: 19 Maret 2021   10:05 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uji Tulis, Untuk Apa? Personal Collection

Tahun lalu, saya mengikuti ujian tulis untuk melamar kerja di sebuah rumah sakit besar di Jawa Timur. Tidak lulus. Tidak apa-apa. Saya ambil hikmahnya. Allah SWT pasti punya rencana yang lebih baik dan lebih indah.

Ternyata benar, saya akhirnya memperoleh pekerjaan di sebuah perusahaan milik Amerika Serikat. Lebih besar gajinya, lebih keren dan sesuai dengan passion. Kita harus pintar-pintar mengambil hikmah dari setiap kejadian. Akan tetapi bukan berarti tidak berusaha. Saya sudah berusaha keras untuk belajar sebelum ujian.

Di tempat kerja saya yang sekarang, saya tidak perlu uji tulis. Dokumen saja tidak macam-macam yang mereka minta. Apalagi yang namanya stempel basah, tidak ada. Semua dokumen kami kirim online, hanya ijazah, transkrip, STR. Surat Keterangan kelakuan baik, surat sehat, Surat bebas narkoba, surat ijin keluarga, dan lain-lain tidak diminta. Pokoknya, enak banget. Padahal, milik perusahaan asing yang menawarkan gaji gede.

Di negeri ini, milik kita sendiri, negeri sendiri, ribetnya bukan main. Meskipun perawat, harus ada SKCK, padahal baru lulus, pastinya tidak akan pernah terlibat kejahatan atau masuk penjara. Pastinya juga sehat lah. Perawat yang sakit harus MRS, tidak bisa kerja. Belum lagi diminta Kartu Kuning. Pokoknya, kalau bisa dipersulit, mengapa dipermudah.

Saya jadi heran mengapa harus seperti ini? Apakah karena jumlah penduduk yang begitu banyak? Sehingga harus menggunakan saringan seketat mungkin. Yang tidak memenuhi syarat administrasi, gugur dari tahap awal sudah otomatis.

Makanya orang seperti saya kayaknya tidak pantas jadi PNS. Bukan berarti saya tidak menyukai prosedur. Karena prosedur pekerjaan di tempat kerja saya saat ini juga bukannya simple. Saya suka prosedur yang pada tempatnya, tidak bertele-tele dan masuk di akal.

Yang ingin saya kritisi adalah, adanya Ujian Tulis bagi karyawan, misalnya perawat. Saya bisa maklum dan mengerti jika ada ujian tulis untuk masuk perguran tinggi, mau jadi dosen, tugas belajar, atau migrasi jadi professional di negeri orang. Ini ujian tulis mau kerja sebagai perawat di klinik atau RS. Gajinya tidak seberapa, seleksinya luar biasa.

Sebenarnya kemampuan akademik kita sudah jelas. Dengan adanya ijazah dan transkrip, berarti sudah diakui kompetensinya. Apalagi ada STR. Pemerintah telah memiliki lembaga resmi yang kompeten untuk mengukur kompetensi rakyatnya. Lha ini RS, klinik atau perusahaan bikin soal-soal profesi untuk karyawan baru. Seolah mereka tidak percaya dengan ijazah yang dimiliki oleh calon karyawannya. 

Padahal mereka sadar, mereka tidak memiliki kapasitas untuk menilai secara akademik kemampuan calon karyawanya. Karena semua sudah ada dalam transkrip nilanya. 

Jadi apa kewenangan RS, klinik serta perusahaan untuk menilai ilmu caon karyawannya? Mereka tidak memiliki kapasitas untuk itu. Kalau soal keterampilan, institusi wajib memberikan orientasi pada aryawan baru. selalu ada proses pembelajaran meskipun calon karyawannya punya pengalaman kerja 10 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun