Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Mengintip Bisnis Ekspatriat Pakistan di Malang

22 September 2020   07:03 Diperbarui: 18 Januari 2021   10:08 4221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEJAK tujuh bulan terakhir, saya bisa bayangkan, jangankan orang asing yang tinggal dan bekerja di Indonesia (Ekspatriat), orang kita sendiri saja kerepotan dalam berbisnis karena Covid-19 ini. Perlu modifikasi sana-sini, butuh penyesuaian dan kalau perlu, putar haluan karena perubahan dalam banyak hal.

Mobilisasi masyarakat yang berubah total, regulasi Pemerintah serta kebutuhan masyarakat, semuanya banyak yang beda seja ada Corona. Contoh sederhana saja anak-anak sekolah. Mulai dari urusan transport hingga kantin, terkena dampaknya. Para sopir Angkutan umum yang semula berharap dapat masukan rutin dari anak-anak sekolah, kini sepi.

Demikian pula emak-emak yang biasanya menjajakan makanan untuk mereka, baik di depan sekolah maupun di kantin sekolah. Kini mereka mencari jalan lain harus bagaimana memperoleh penghasilan guna menutupi kebutuhannya.


*****

Saya kenal seorang berkebangsaan Pakistan, Navid namanya. Dia menikah dengan orang Indonesia. Sudah setahun lebih tinggal di Malang. Semula Navid dan keluarganya tinggal di Dubai. Memutuskan tinggal di Indonesia itu bukan persoalan mudah.

Awal mula ketemu Navid ketika kami dalam perjalanan ke sebuah toko buku di bilangan Dieng, Kota Malang. Tidak jauh sebelum sampai ke toko buku, di pinggir jalan, mata saya tertuju pada sebuah restaurant baru, bergambar Taj Mahal dan aneka asesori India. Saya fikir ini pasti restaurant India. Kami pun mampir.

Semula kami cuek aja. Duduk tidak jauh dari kami, seorang pria paruh baya. Saya tidak sangka, ternyata dia adalah pemiliknya. Berwajah India atau Pakistan, lantaran keduanya tidak jauh beda. Hanya kami waktu itu pelanggannya. Sepi.

Personal Collection 
Personal Collection 

Anyway, sambil menunggu pesanan makanan, akhirnya kami ngobrol ke sana-ke mari. Selain, Inggris, Navid juga bisa berbahasa Arab dan Jerman. Beruntung, saya sekalian berlatih bahasa Jerman. Dia pernah ke Jerman beberapa tahun lalu. Akan halnya dengan Bahasa Indonesia, dia juga sedang belajar. Istrinya orang asli Malang.

Sekitar satu jam kami ngobrol di India Restarurant nya. Sengaja diberi nama India, karena kalau Pakistani Restaurant orang kita belum terlalu familiar. Ini berdampak pada bisnis profit. Sesudah itu kami pamit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun