Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasca Dipenjara bagi Perawat Kontroversial John Sir

12 September 2020   12:10 Diperbarui: 12 September 2020   12:08 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: FB Syaifoel Hardy II

Saya tidak tahu persis bagaimana kisahnya, mengapa John Sir masuk penjara. Kalaupun John Sir bercerita sejujurnya, orang lain bisa saja memiliki interpretasi yang berbeda. Apa yang dianggap John Sir baik, nyatanya buat orang lain belum tentu benar. Sedangkan apa yang dianggap John Sir (JS) benar, belum tentu baik bagi orang lain.

Hemat saya sebagai orang yang awam akan hukum, inilah yang terjadi di masyarakat. Interpretasi yang salah atau yang berbeda ini, telah membawa JS ke rana hukum. 

JS dianggap telah membuat orang lain tersinggung, sakit hati, dilecehkan atau dihina. Akibatnya, korbannya yang bersangkutan tidak terima dan mengangkatnya ke pengadilan.

Berbulan-bulan berlalu sudah. Saya juga tidak mengikuti bagaimana prosesnya. Pasti alot dan memakan banyak waktu tenaga, fikiran, serta uang. Keputusan terakhir yang saya lihat di medsos adalah: JS dijebloskan ke dalam penjara.

Suara Selama di Penjara

'Perang' dengan teman sejawat itu berat. Menormalisasikan perasaan yang berseberangan itu tidak gampang. Sebagai manusia biasa, terkadang tidak lepas dari yang namanya rasa benci, muak hingga dendam. Karena itu, tidak sedikit orang yang keluar masuk penjara, lantaran tidak mampu meredam semua ini. Apalagi mengambil hikmah di balik semua peristiwanya.

Bisa dimengerti apabila ini terjadi dulu pada zaman penjajah, di mana Soekarno dijeboskan ke dalam penjara oleh Belanda. Soekarno tidak henti-hentinya bersuara lantang, menuntut kemerdekaan, mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu menentang sang penjajah.

Yang dihadapi JS ini beda. JS berhadapan dengan kolega sendiri. Rekan sendiri dalam satu atap organisasi. Terlepas dari betapa sakit rasanya dikhianati, atau apapun namanya, ibaratnya baik yang menang ataupun yang kalah, toh yang JS hadapi adalah 'teman' sendiri.

Hampir setiap hari saya masih bisa melihat cuitan JS di medsos. Setiap kali itu pula saya rasakan nuansa 'kebencian' JS terhadapnya. Entah soal manajamen organisasi, entah soal uang, ataukah soal kepemimpinan.

Luapan kebencian JS seluruhnya dimutahkan di sana. Dalam bentuk tulisan besar (Capital Letter) warna putih, merah atau hitam, kemudian di-screenshot di FB atau WA.

Jujur saja, terkadang saya 'kasihan' sama JS, tetapi tidak bisa apa-apa. Yang membuat saya kasihan adalah, JS sepertinya belum mampu melihat realita, bahwa masuknya dia ke dalam Penjara adalah keputusan terakhir yang diambil oleh pihak pengadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun