Belum lagi system pendidikan yang terkesan tradisional. Masih mahal dirasa oleh semua orang. Pendidikan kita belum menyentuh esensi kebutuhan. Masih berkutat pada perolehan ilmu pengetahuan yang sifatnya hafalan. Sesudah selesai kuliah pun, nyatanya nganggur tidak bermanfaat ilmu dan keterampilannya.
Sistem layanan kesehatan juga masih berantakan. Asuransi tidak lagi jaminan. Harga obat mahal. Menjamurnya pendidikan computer dan ribuan ahli IT ternyata belum dimanfaatkan dengan bijak. Semua masalah ini menumpuk kronis, pada akhirnya sulit dipecahkan.
Akhirnya, berpulang pada siapa lagi, kecuali pada kita semua. Dari pejabat tinggi hingga rakyat kecil. Pejabat tinggilah pihak pertama yang paling bertanggngjawab dalam menyusun system, agar tertata dan bisa terealisasi. Pejabat tinggi negara harus memberikan contoh yang bersih dan memiliki kedisiplinan tinggi. Jangan bisanya marah-marah dan menghukum rakyat kecil.
Rakyat kecil juga harus mengerti. Bahwa tanpa peran serta rakyat, negara ini tidak akan berjalan sebagaimana yang kita kehendaki.
Sekarang jelas akar masalahnya. Mengapa pencurian motor, ayam atau cucian terjadi, bukan hanya karena mental maling yang gentayangan di antara mereka yang susah mencari uang.Â
Ini didukung oleh tekanan sosial-ekonomi, latar belakang pendidikan yang rendah, harga barang-barang mahal, kebutuhan hidup tidak terpenuhi, susahnya cari peluang kerja, hingga tidak adanya niat tulus dan keseriusan pejabat serta para kepala daerah, guna mengantar rakyat ini agar hidupnya sejahtera.
Kita tidak bisa berkata sejahterah hanya dalam bentuk tulisan di atas kertas atau digaungkan di media massa. Apalagi sebatas teriakan 'Merdeka!'. Sejahtera, butuh aplikasi, niat baik dan ketulusan serta kerja nyata.
Malang, 17 August 2020
Ridha Afzal