Ke depan, ini menjadi bagian dari pembelajaran Tourism Management. Pengusaha maupun karyawan di bagian Hospitality Management ini perlu hati-hati. Bukan hanya prinsip hemat saja. Namun juga menjaga kualitas 'produk' wisata yang tahan lama perlu mendapat perhatian. Jangan asal bangun dan asal menarik, tetapi tempat wisaya keropos dan mudah lapuk. Ini bisa membuat pengeluaran lebih banyak lagi. Â
Kini Pariwisata dibuka. Ada beberapa alasan mengapa dibuka kembali. Pertama, adanya desakan dari para pengusaha yang dulu kemungkinan 'mendanai' Pemilu para kepala daerah atau pejabat yang kini sedang 'berkuasa'. Mereka akan 'nagih janji'.
Bukan rahasia umum, para pengusaha wisata pasti dilibatkan dalam 'iuran' mulai dari calon Kepala Desa atau Kelurahan, hingga gubernur. Sama seperti Mall-mall yang tutup beberapa bulan. Mereka pasti tertekan dengan kondisi seperti ini.
Boleh jadi, kini giliran mereka 'menekan' para pejabat atau Kepala Daerah, untuk membuka kembali bisnis mereka yang terlantar selama beberapa bulan.Â
Diakui atau tidak, para pengusaha tempat wisata, termasuk hotel, sudah tidak tahu harus bagaimana lagi mengantisipasi kondisi seperti ini kecuali 'mendesak' Pemerintah Daerah untuk dibuka kembali tempat wisata mereka.
Terlebih, dengan Pariwisata Dibuka berarti membuka keran pendapatan daerah yang selama ini macet. Bisa jadi Dompet Pemda kering pendapatan, sementara pengeluaran jalan terus tak terbendung.
Dalam Bahasa Inggris, kita mengenal istilah 'Between the devil and the deep sea", yang artinya kurang lebih mirip dengan makan buah Simalakama. Mau ke kiri salah, ke kanan salah, maju salah, mundur pun salah. Pengusaha wisata berada dalam situasi dilematis di mana seseorang harus memilih di antara dua pilihan buruk.
Bisnis wisata terancam collaps. Jika wisata tidak jalan, manajemen akan rugi besar, tapi jalanpun keuntungan belum tentu menjanjikan. Terlebih, jika cara pandang masyarakat terhadap arti wisata berubah.
Jika jumlah kasus Corona tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan, kehancuran bisnis wisata berada di ambang pintu gerbang. Membuka pintu wisata bukan sebuah penyelesaian persoalan kebutuhan wisata, tetapi justru jadi ajang percepatan penularan wabah. Â
Malang, 9 August 2020
Ridha Afzal