Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terancam Kolaps Pengusaha Objek Wisata Tagih Janji Kepala Daerah

9 Agustus 2020   07:20 Diperbarui: 9 Agustus 2020   07:39 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata di Kota Batu. Dokpri.

Ke depan, ini menjadi bagian dari pembelajaran Tourism Management. Pengusaha maupun karyawan di bagian Hospitality Management ini perlu hati-hati. Bukan hanya prinsip hemat saja. Namun juga menjaga kualitas 'produk' wisata yang tahan lama perlu mendapat perhatian. Jangan asal bangun dan asal menarik, tetapi tempat wisaya keropos dan mudah lapuk. Ini bisa membuat pengeluaran lebih banyak lagi.  

Pariwisata Dibuka

Kini Pariwisata dibuka. Ada beberapa alasan mengapa dibuka kembali. Pertama, adanya desakan dari para pengusaha yang dulu kemungkinan 'mendanai' Pemilu para kepala daerah atau pejabat yang kini sedang 'berkuasa'. Mereka akan 'nagih janji'.

Bukan rahasia umum, para pengusaha wisata pasti dilibatkan dalam 'iuran' mulai dari calon Kepala Desa atau Kelurahan, hingga gubernur. Sama seperti Mall-mall yang tutup beberapa bulan. Mereka pasti tertekan dengan kondisi seperti ini.
Boleh jadi, kini giliran mereka 'menekan' para pejabat atau Kepala Daerah, untuk membuka kembali bisnis mereka yang terlantar selama beberapa bulan. 

Diakui atau tidak, para pengusaha tempat wisata, termasuk hotel, sudah tidak tahu harus bagaimana lagi mengantisipasi kondisi seperti ini kecuali 'mendesak' Pemerintah Daerah untuk dibuka kembali tempat wisata mereka.

Terlebih, dengan Pariwisata Dibuka berarti membuka keran pendapatan daerah yang selama ini macet. Bisa jadi Dompet Pemda kering pendapatan, sementara pengeluaran jalan terus tak terbendung.

Dalam Bahasa Inggris, kita mengenal istilah 'Between the devil and the deep sea", yang artinya kurang lebih mirip dengan makan buah Simalakama. Mau ke kiri salah, ke kanan salah, maju salah, mundur pun salah. Pengusaha wisata berada dalam situasi dilematis di mana seseorang harus memilih di antara dua pilihan buruk.

Bisnis wisata terancam collaps. Jika wisata tidak jalan, manajemen akan rugi besar, tapi jalanpun keuntungan belum tentu menjanjikan. Terlebih, jika cara pandang masyarakat terhadap arti wisata berubah.

Jika jumlah kasus Corona tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan, kehancuran bisnis wisata berada di ambang pintu gerbang. Membuka pintu wisata bukan sebuah penyelesaian persoalan kebutuhan wisata, tetapi justru jadi ajang percepatan penularan wabah.  

Malang, 9 August 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun