Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keteladanan Idul Adha: Adil, Syukur, dan Hidup Sehat

30 Juli 2020   21:37 Diperbarui: 30 Juli 2020   21:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Republik.com

Itulah keadilan. Kita tidak harus sama, dalam pespektif yang berbeda.  

Syukur

Pak Adi bilang hidupnya dipenuhi dengan rasa syukur meski tidak kaya kayak beberepa pebisnis di daerahnya. Beliau mensyukuri semua apa yang ada padanya. Katanya, kita tidak pernah tahu 'Rahasia' Allah di balik setiap peristiwa yang menimpa kita. 

Dari yang terbesar misalnya saat Tsunami di Aceh tahun 2004 dulu, hingga Pandemi Corona yang kita alami saat ini, yang ternyata cukup 'dasyat' dampaknya.

Kita sebagai manusia tidak akan pernah mengerti mengapa semua ini terjadi. Kecuali orang-orang yang dalam hatinya ada 'iman'. 'Iman' inilah mata hati yang bisa 'melihat' setiap hikmah di balik setiap kejadian yang menimpa kita. Betapapun pahit rasanya.

Besok kita akan menyambut Hari Raya Idhul Adha. Satu dari dua festival, sesudah Idhul Fitri, bagi umat Islam yang disambut dengan gema Takbir dan Tahmid di seluruh dunia. Umat Islam melantunkan pujia-pujian lantaran nikmat besar yang dikaruaniakan pada seluruh umat di muka bumi ini.

Memang tidak mudah memahami fenomena yang ada di bumi ini. Karena mayoritas kita berfikir bahwa kesejahteraan yang merata itu berupa kemakmuran seluruh umat manusia. Seolah keadilan hanya berupa kekayaan material pada semua umat. 

Kemiskinan, kesakitan, bencana alam dan wabah dipersepsikan sebagai 'hukuman' bukan bagian dari 'keadilan'. Itulah cara berfikir yang membuat kita jauh dari rasa syukur.

Oleh sebab itu, seperti kata Pak Adi, penting sekali menyukuri nikmat yang kita miliki, yang kita alami serta apapun yang terjadi pada kita. Di atas langit masih ada langit. Jadi, betapapun saat ini kita sakit, masih ada orang lain yang jauh lebih menderita karena penyakitnya daripada kita. 

Demikian pula jika kita merasa miskin dan susah. Ternyata masih banyak yang lebih miskin dan lebih susah ketimbang kita.

Dengan bersyukur, kita bisa lega. Syukur ini akan mengilangkan rasa benci maupun iri. Syukur memberikan rasa bahagia pada fikiran juga hati. Syukur merupakan realisasi verbal atas keadilan yang kita alami.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun