Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memburu Keharmonisan antara Beban, Lingkungan, dan Upah Kerja

25 Juli 2020   07:18 Diperbarui: 25 Juli 2020   14:46 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja (Sumber: headtopics.com)

Kapan itu Pak Sulis, Satpam di kompleks perumahan kami tidak masuk kerja. Esok paginya kami baru tahu, ternyata beliau mengundurkan diri, berhenti bekerja. Padahal sudah 4 tahun lamanya bersama kami.

Memang, gaji tidak seberapa. Tetapi orang-orang juga suka memberi pekerjaan dan upah "ekstra" di samping pekerjaan utamanya mengawasi hanya 16 rumah. Jumlah yang sedikit untuk sebuah kompleks perumahan. Tidak berat lah.

Selain pekerjaan utamanya, kadang Pak Sulit juga diminta warga untuk bantu bersih-bersih selokan, taman, halaman, atau memperbaiki bagian dari dapur, rumah, entah mengecat, nambal yang bocor, dan lain-lain. Dari sana dia dapat tambahan penghasilan. Warga tidak jarang juga memberikan makanan atau snack. Terlebih, ibunya Pak Sulis juga bekerja pada salah satu warga.

Warga sangat toleran dengan Satpam kami jika ada keperluan. Tidak pernah dilarang manakala minta izin untuk apa saja. Liburnya sehari dalam sepekan. Kalau pamit untuk jemput anak, keluarga atau tetangganya ada yang tertimpa musibah, warga tidak pernah melarang. Kami juga punya hubungan baik dengan kedua Satpam yang ada.

Kami tidak bisa berbuat banyak saat mendengar alasan Pak Sulis berhenti karena ada 'konflik' internal dengan Satpam yang satunya lagi. Persoalannya, menurut saya sangat sepele. Katanya soal operan yang tidak tepat waktu. Mungkin saja ada factor "X"? God knows!

Dari pengalaman ini kita dapat belajar, bahwa kenyamanan sangat penting dalam membina keharmonisan kerja. Kendalanya, setiap orang memiliki kemampuan beradaptasi yang berbeda. Apa yang menurut seseorang biasa-biasa saja, bagi lainnya ternyata serius. 

Itulah masalahnya, sehingga persoalan sepele, bisa jadi besar. Ujung-ujungnya, berhenti kerja. Parah kan?

Komponen Kepuasan Kerja 
Saya pindah-pindah kerja dari Aceh ke Jawa Timur, bukannya tanpa alasan. Sebetulnya, kalau hanya uang yang dicari, di Aceh kita juga bisa dapat. Saya akui, uang bukan satu-satunya faktor yang membuat orang nyaman kerja. Apalagi saat usia masih muda.

Teman-teman kuliah saya banyak yang sebenarya ingin mengikuti jejak yang saya tempuh dengan cara ke luar dari provinsi Aceh. 

Merantau merupakan salah satu cara mencari kepuasan kerja guna menambah pengalaman, wawasan, perluasan jaringan, meningkatkan kedewasaan, dan siapa tahu ke depan bisa membuat sejarah baru bagi generasi yang akan datang. Tapi ada saja kendalanya, terutama izin dari orangtua atau ragu akan apa yang terjadi di masa depan.

Kalau boleh saya pilah, ada 3 komponen besar yang berpengaruh dalam kepuasan kerja:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun