Jangan disebut Blue Kompasianer jika tidak punya wawasan luas. Lihat gaya tulisannya. Perhatikan apa yang dia tulis. Konten, isi tulisan, berita, pengalaman atau hasil pengamatannya. Mereka nulisnya ada yang detail banget yang orang awam gak pernah mikir, ngapain nulis yang gitu-gitu? Buang waktu saja.Â
Ada yang tentang masjid kecil di pelosok desa. Ada yang tentang tukang kayu, nelayan, hingga Kelepon. Why? Itulah bedanya orang yang punya wawasan luas yang begitu jeli cara pandangnya dalam melihat fenomena alam dengan orang kayak saya warja Hijau yang biasa-biasa saja dalam memandang kejadian.
6. Tidak Peduli Status Point
Satu lagi kehebatan mereka. Tidak peduli dengan berapa point yang didapat. Mereka nulis terus tanpa peduli dapat point, reward atau tidak. Bagi mereka, writing gives them sense of self satisfaction. Mereka memperoleh kepuasan dari karya.Â
Mereka sudah ada pada tingkatan tinggi dalam hal menulis. Bahwa menulis itu bagian dari profesionalitas, identitas dan karakter. Menulis bukan karena uang. Namun karena jiwa.
Sementara kita, yang Green green ini, masih mikir-mikir apa yang mau ditulis, bagaimana jika blocking, kapan dapat K-Reward, bagaimana bisa masuk kategori HL dan lain-lain.
Pokoknya, kalau yang Hijau ini melihat point kaum Blue ini, bisa minder, gak bakalan maju. Malah bisa jadi berhenti menulis, saking stress nya. Itulah kekuatiran saya terbesar sebagai penulis di level 'bawah' ketika melihat kiprah Blue Kompasianers ini.
Anyway, 'unek-unek' ini saya susun rapi, supaya bisa jadi pembelajaran sekaligus penyemangat bagi kaum Debutan, Junior. Agar juga tahu rahasia di balik keberhasilan Kelompok Biru di Kompasiana.
Keep it up guys!!!
Malang, 24 Juli 2020
Ridha Afzal