Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merintis Bisnis Jangan Tergiur Kiat Motivator

22 Juni 2020   17:07 Diperbarui: 22 Juni 2020   17:07 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personal Collection 

Tiga hari lalu, saya pasang iklan pada sebuah provider. Jasa yang ditawarkan adalah, iklan tersebut akan disebar ke potensial kandidat. Angkanya fantastis, bisa meraih antara 11.000-28.000 dalam kurun waktu 4 hari tayang.

Saya tipe orang yang realistic. Suka hitungan matematis. Saya percaya sang provider juga tidak main-main, apalagi berminat menipu. Saya pun setuju. Tarif nya Rp 100.000. Deal. Murah untuk hitungan awal promosi. Mahal jika dilihat angka tanpa sebuah jaminan.

Hari pertama tayang, jumlah viewers mencapai 3000 orang lebih. Luar biasa. Apa saya berharap banyak? Ooopsss...Tunggu dulu! Belum apa-apa, jangan terburu ngejar untung. Yang jelas, dengan jumlah viewer segitu, gambaran bisnisnya menurut saya sudah cukup bagus. Tentang berapa orang yang nanti akan beli barang/jasa dagangan kita, itu persoalan terakhir.

Meraup calon pembeli melalui iklan model gini, tidak seperti berjualan di pasar, di mana banyak orang pingin makan Tempe, Tahu, Besar, Ikan dan Pisang pada waktu bersamaan yang jumlahnya berjubel. Membeli produk online, butuh banyak petimbangan. Apalagi jika harganya mahal. Juga tidak kayak beli pulsa, dengan modal sebulan Rp 80.000 bisa untuk berbagai macam kebutuhan. Dari informasi hingga hiburan.

Alkisah, ada seorang rekan asal Purwokerto, Jawa Tengah. Sebut saja Rayan namanya. Lulusan sarjana peternakan 7 tahun silam. Saat ini tengah bekerja pada sebuah perusahaan besar milik USA. Sambil kerja, dia jual beli pakan ayam. Kini sudah berjalan 5 tahun lamanya.

Menurut Rayan, setiap orang punya cara bisnis tersendiri. Selera dan cara pandang mempengaruhi setiap bisnis. Beberapa faktor yang turut berpengaruh di antaraya: jenis produk yang kita jual, barang atau jasa, target pasar, di mana serta kapan harus dijual.

Kata Rayan, yang terpenting sebagai langkah pertama adalah network. Jaringan. Jumlah kenalan menentukan luasnya pasar kerja. Kalau kita mau jualan jika tidak punya kenalan sama halnya bikin movie tanpa penonton.

Yang kedua, kejujuran. Begitu orang tahu kita jujur, kenalan kita banyak yang datang. Oleh sebab itu kata Rayan, besarnya modal bukan masalah. Modal bukan faktor terpenting atau utama. Walaupun memang untuk jalan saja ibaratnya, kita butuh bensin, jangan lupa, ada orang-orang yang rela menanggung biaya perjalanan sesudah mengetahui level kejujuran kita.

Yang ketiga, konsistensi. Ini penting. Kalau sekarang ingin jualan susu, jangan besok berubah fikiran mau jualan beras. Orang akan berubah kepercayaannya jika kita berubah-ubah fikiran. Orang yang sudah memberikan kepercayaan kepada kita biasanya perlu mendapatkan dukungan bukti, yang namanya konsistensi ini. Inilah modal investasi.

Yang keempat, memiliki mobilisasi tinggi. Artinya kita harus bersedia bergerak. Jangan diam saja. Yang dimaksud mobilisasi di sini adalah dinamika. Bergerat tidak harus ke luar rumah. Dengan bergabung ke beberapa group medsos misalnya, itu sudah merupakan realisasi mobilisasi. Jadi, mobilisasi bisa berarti secara fisik, bisa elektronik. Mobilisasi ini akan membantu memperluas network. Dengan demikian, target pasar makin hari akan makin luas.

Yang kelima, harus memahami arti proses. Langkah-langkah dalam bisnis tidak seperti urutan angka matematika. Namun, proses tetap disebut proses. Memulai bisnis jika tujuan utamanya perolehan keuntungan dalam jumlah besar dalam waktu singkat, jelas tidak mungkin. Para pengusaha besar sepakat dengan konsep ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun