Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Event Gratis, Mendidik atau Menyesatkan?

1 Juni 2020   12:48 Diperbarui: 1 Juni 2020   12:53 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali saya pernah mengikuti seminar, workshop dan pelatihan gratis. Tidak bayar sama sekali. Bahkan dapat makan, pondokan dan sertifikat. Catatan saya terhadap acara dan juga peserta yang mengikuti event tersebut berbeda dari satu ke lainnya. 

Ada event yang nilai manfaanya besar bagi sementara orang, tetapi tidak bagi lainnya. Setiap orang juga memiliki motivasi yang berbeda. Ada yang dari dalam, ada yang dari luar, ada pula yang tidak punya motivasi. Outcome event tersebut bergantung pada ketiga kelompok tersebut.

Bagi yang memiliki motivasi, tidak masalah, karena membayar atau tidak, mereka tetap akan bersemangat. Orang-orang yang didorong oleh motivasi dari dalam, tidak perlu dukungan atau diingatkan. Mereka otomatis akan bergerak tanpa ada rangsangan dari luar. Mereka yang berada dalam kelompok ini umumnya datang lebih awal, tepat waktu, aktif bertanya dan dominan. Kelompok ini akan bersedia hadir dalam event-event yang sifatnya memberikan keuntungan professional atau investasi. Jumlah untuk kategori ini sangat minim.

Sedangkan yang membutuhkan motivasi dari luar beda, mereka butuh dorongan, motivasi atau trigger dari pihak lain. Mereka pada dasarnya memiliki potensi, namun harus ada pihak lain yang membantu menggalinya. Kelompok ini membutuhkan motivator atau orang-orang yang bersedia membantunya agar bisa berubah guna mencapai tujuan. Untuk golongan ini, butuh penjelasan lebih detail jika harus bayar. Tetapi tidak menolak sepanjang memberikan nilai positif, mereka akan bersedia mengeluarkan dana.

Sementara golongan ketiga adalah yang memang dari 'sononya' tidak memiliki niat untuk berubah. Mengikuti seminar atau pelatihan hanya buang waktu percuma karena tidak ada minat untuk berubah. Untuk yang kelompok ketiga ini susah bagaimana harus mengatasinya. Kelompok ini pasif serta tidak peduli. Bisa jadi mereka datang terlambat, pulangnya pun lebih cepat. Dapat sertifikat atau tidak, tak masalah. Yang penting gratis. Ketiga kelompok manusia ini ada di mana-mana. dari kelas anak-anak hingga dewasa.

Pada kelompok anak-anak, saya pernah melihat langsung ketiga tipe tersebut yang mengikuti kursus Bahasa Inggris di tempat kami. Mereka yang gratis, mayoritas datang seenaknya. Absen tanpa ada pemberitahuan. Orangtuanya juga tidak 'peduli'. Bisa jadi karena nothing to lose. Tidak rugi, betapapun dikeluarkan dari tempat kursus tak masalah. Namun kasihan mereka yang gratis namun serius belajarnya. Bisa dirugikan lantaran tidak bisa lancar proses belajar mengajar mereka, disebabkan oleh yang terlambat atau sering tidak hadir.

Demikian pula yang saya amati selama dua bulan terakhir ini, di mana diselenggarakan Seminar Online Free pada profesi keperawatan di negeri ini. Pesertanya luar biasa. Kemarin (31 Mei 2020), pesertanya di YouTube mencapai 18.000 orang. Saya tidak habis mengerti tujuan seminar yang ingin dicapai dengan peserta sebanyak itu. 

Tujuannya baik tetapi yang mana dulu? Tidak mungkin panitia mampu memonitor ribuan peserta seminar. System registrasi terbuka, ok lah. Tetapi tidak ada seleksi yang tepat, karena semua orang diterima sepanjang kuota masih ada. 

Sertifikatnya bernilai SKP (Satuan Kredit Point). Inilah yang ingin dikejar oleh peserta. Bisa dipastikan hanya segelintir yang 'hadir' mengikuti seminar. Yang lain boleh jadi hanya 'main-main'. Yang penting hadir, dicatat, kemudian setengah jalan sebelum seminar rampung, isi absensi lagi, selesai sudah. Tinggal nunggu sertifikat yang akan dikirim menyusul.

Event gratis melahirkan pro dan kontra. Yang pro beranggapan bahwa tidak semua orang mampu dan punya dana lebih untuk mengikuti sebuah event. Absolutely agreed with this point of view. Setuju bahwa dalam tigkat tertentu, niat baik membantu orang harus dihargai sebagaimana memberikan biasiswa kepada kaum ekonomi lemah yang punya minat sekolah tinggi. 

Orang-orang seperti ini pantas dan layak dibantu. Mereka pada dasarnya memiliki semangat belajar yang besar. Namun karena alasan ekonomi, tidak mampu melanjutkan sekolahnya. Akan tetapi bukan berarti semua yang tidak mampu secara finansial harus dibantu sekolahnya. Mereka yang tidak mampu belum tentu punya semangat dan minat belajar. Jadi untuk apa harus mendapatkan biasiswa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun