Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pulsa, Bingkisan Lebaran dan Doa

16 Mei 2020   01:00 Diperbarui: 16 Mei 2020   00:57 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pernah membaca kisah-kisah Pekerja Migran Indonesia (PMI) tentang suka duka mereka kala Ramadan dan Lebaran tiba. Benar, bahwa para PMI di berbagai belahan di bumi ini banyak yang berlimpah dalam soal penghasilan.

Namun mereka harus bayar dengan kerja keras, jauh dari keluarga, memendam rindu dan menyimpan lara. Mereka sembunyikan sebagian besar dukanya hanya karena tidak ingin menambah beban keluarga yang ditinggalkan.

Saya punya teman asal Aceh yang tinggal dan bekerja di Saudi Arabia, yang sudah memasuki tahun ketiga di sana. Sangat rindu ingin pulang, melihat bagaimana kondisi keluarga di Tanah Tumpah Darahnya. Betapapun kondisi saat ini sangat tidak kondusif. Betapapun sudah siap yang namanya sangu atau bekal.

Tetapi dengan situasi seperti ini, rasa rindu harus ditahan. Mungkin kalau ditumpahkan dalam bentuk tangisan, bisa sejadi-jadinya, hingga terkuras air mata, tidak kunjung tiba impiannya. Untungnya, kita masih diberikan kemudahan dengan adanya kemajuan teknologi. Sehingga, meskipun tidak jumpa secara fisik, ngobrol online terasa cukup mengobati.

"Tidak semua PMI punya tabungan atau duit lebih." Demikian kisah selanjutnya yang saya baca. Adakalanya untuk kebutuhan sehari-hari, ada saja yang kurang, lantaran sebagian besar upahnya sudah dikirimkan ke keluarga guna memenuhi berbagai kebutuhan. Terlebih saat Ramadan atau menjelang Lebaran ini.

Sungguh, kondisi PMI tidak semuanya mapan, sebagaimana yang kita bayangkan. Pengurbanannya patut kita renungkan. Mereka rela menderita di negeri orang, tulus ikhlas membantu keluarga yang ditinggalkan di Indonesia. Kalau jaraknya masih sebatas Aceh-Medan masih tidak seberapa. Betapapun ada aturan PSBB, jalan darat masih memungkinkan. Kita hanya butuh sedikit sabar menunggu redahnya kasus Sang Corona.

Masalahnya, saudara-saudara kita yang berstatus PMI ini berada di Singapore, Malaysia, Saudi Arabia, Belanda, Australia hingga USA. Sekalipun uang yang mereka punya berlimpah, mampu membeli bingkisan Lebaran dan Pulsa, kenyataannya dengan uang yang banyak pun, tidak mampu bertemu keluarga. Ini bukti, ternyata uang tidak bisa membeli segalanya. Kadangkala kenyataan hidup memang demikian. Kita tidak bisa berharap semuanya sempurna.    

Status saya saat ini kurang lebih sama seperti mereka. Bedanya, saya di dalam negeri. Keluarga di Aceh sana, saya di Tanah Jawa. Mudik tidak bisa.

Tiga hari lalu, sempat bicara lewat WhatsApp dengan Mamak. Beliau nasehatkan, saat ini situasi masih belum memungkinkan. Walaupun  sudah ada penerbangan normal dibuka, rasa khawatir dari orangtua tetap harus dijaga sebagai amanah. Beliau sarakan untuk tidak pulang kampung sementara.

Sebagai gantinya, saya menyiapkan tiga hal agar bisa 'Mudik Online'.  Pertama, saya akan pastikan bahwa nanti menjelang Lebaran, banyak yang harus saya hubungi. Mulai dari keluarga, kerabat, teman se profesi, tetangga, teman kerja dan kenalan lain. Karena itu pulsa harus cukup. Jangan sampai paket putus di tengah percakapan. Saya tahu, pada hari pertama dan kedua Lebaran, banyak toko-toko pada tutup. Saya biasa beli paket bulanan, untuk menghemat.

Beruntung tempat tinggal kami tidak jauh dari kota. Kami tidak pernah mengalami gangguan jaringan, meskipun tidak membeli paket jaringan terkuat. Saya sudah siapkan ekstra paket, yang berupa voucher, sebagai cadangan in case kehabisan kuota. Maklumlah, nanti mungkin akan banyak bermain dengan video yang menyedot kuota. Yang ini, sudah matang saya perhitungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun