In memoriam ini kupersembahkan untukmu, duhai Perempuan yang digelari "Mardhiyyah" oleh Ilahi. Ini adalah salah satu bentuk kecintaanku kepadamu, dan belasungkawa atas kepergianmu. Rasanya, engkau terlalu sempurna untuk kuikuti, tetapi aku akan terus mencoba berdiri dan berjalan di antara barisan-barisanmu, meski tubuhku tertatih-tatih.
Sebagai sesama perempuan, aku tahu bagaimana rasanya berperang dengan diri sendiri melawan perasaan, pikiran, bahkan ketidakadilan. Namun, kau berhasil melewati semua itu tanpa cela. Kau membawa peran perempuan dengan begitu sempurna, tanpa cacat sama sekali. Sebagaimana yang dikatan penyair bernama Zebun Bin Mestan " Dapat menulis tentang sosok Sayyidatina Fatimah adalah anugerah paling besar bagi setiap penyair", begitupun denganku.
Sebagian orang berkata bahwa rasa sakit kehilangan orang tercinta akan sembuh seiring berjalannya waktu. Namun, menurutku kesembuhan itu tidak akan pernah benar-benar ada. Rasa sakit tersebut akan terus tinggal menggerogoti hati, seperti halnya kepergian Bunda Fatimah Az-Zahra, yang memiliki nama panggilan Asrafun-Nisa, yaitu "Perempuan Paling Terhormat."
Kepergiannya adalah duka terhebat. Mungkin inilah cinta yang sesungguhnya tanpa adanya pertemuan dan tatapan langsung. Hanya dengan mendengar namanya, hati ini berdebar tak karuan. Tak jarang air mata mengalir deras, mengingat betapa banyak kesedihan yang ia tanggung sendiri dan betapa zalimnya orang-orang terhadap keluarganya.
Generasi penerusnya dibantai habis-habisan tanpa rasa ampun oleh orang-orang yang mengklaim diri mereka sebagai umat Rasulullah. Padahal, kenyataannya mereka adalah musuh paling mematikan. Bahkan ketika ia telah beristirahat dengan tenang, dukanya untuk keluarganya tetap ia bawah.
Bagaimana mungkin ada rasa cinta setulus ini kepada seseorang yang belum pernah kita jumpai secara langsung? Hanya bisa membayangkan betapa cantik wajahnya, mulia akhlaknya, dan tabah hatinya.
Fatimah Az-Zahra adalah buah hati tercinta Nabi Muhammad SAW dan Khadijah binti Khuwailid. Beliau wafat pada tanggal 3 Jumadil Ula atau 13 Jumadil Tsani tahun 11 Hijriah, pada usia 18 tahun dan 75 hari. Kepergiannya menjadi duka yang teramat mendalam bagi para pencintanya.
Bagaimana tidak? Beliau adalah Ummu Abiha (ibu bagi ayahnya), seorang manusia pilihan Allah yang diberi banyak mukjizat dan menjadi penjaga pedoman hidup, yaitu Al-Qur'an. Setelah ibunya berpulang ke pangkuan Ilahi, Rasulullah SAW mencurahkan seluruh kasih sayang kepada Fatimah Az-Zahra.
Beliau juga dikenal sebagai Ummu Aimmah "ibu para imam", Ummu Al-Hasan, Ummu Al-Husein, dan Ummu Muhsin, serta memiliki gelar Az-Zahra, yang berarti "bunga." Selain itu, beliau digelari Ash-Shiddiqah "yang benar" dan Al-Muhadditsah "penerima ilham". Fatimah Az-Zahra juga memiliki nama panggilan Thahirah, yang diwariskan dari ibunya dan berarti "suci" atau "bersih," serta Haura "bidadari". Beliau adalah Sayyidah Nisa' Al-Alamin, penghulu para wanita di seluruh alam.
Orang-orang di sekitarnya sering memanggil beliau dengan sebutan Betul, yang bermakna lembah yang jauh dari nafsu insani dan godaan setan.