Aku membaca sebuah kertas lusuh di dalam kesunyian ini. Kata demi kata, kalimat demi kalimat. Begitu membuat hatiku bergejolak. Bergejolak antara kebingungan dan ingin sekali bertanya.
"Untukmu teman masa laluku, sudah lama aku mencarimu. Rupanya sekarang aku melihatmu kembali. Di bawah pohon rindang lagi sejuk kala itu. Jika kau berkenan bersamaku, maka tersenyumlah."
Begitulah sepenggal surat yang aku baca.
Bertemu lagi denganmu mungkin bukan sebuah kebetulan. Mungkin juga bukan sebuah skenario yang kau buat. Atau mungkin pengharapanmu selama ini sudah terjawab? Yaitu engkau dapat bertemu lagi denganku.
Satu pintaku untukmu duhai teman masa laluku. Untuk kali ini silahkan saja kau mencari tahu tentangku terlebih dulu sebelum mendekatiku. Mencari tahu tentang kebaikan dan keburukanku. Agar suatu saat kau tak menyesal sudah bertemu kembali denganku.
Satu lagi pintaku untukmu duhai teman masa laluku. Janganlah engkau melihat keelokan rupa seseorang. Karena itu hanya sementara. Lihatlah seseorang itu dari keelokan akhlaknya.
Duhai teman masa laluku. Jika kau berkenan doakanlah aku selalu. Agar aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Yang kelak suatu saat akan membahagiakanmu.
Duhai teman masa laluku. Meskipun tak ada tegur sapa antara kau dan aku. Percayalah, jika benar aku memang di takdirkan untukmu. Suatu saat kita pasti akan di persatukan dengan penuh kebahagiaan.
***
Kuningan, 17 Desember 2018
Rida Nugrahawati