Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Kabar Kompasiana?

31 Januari 2020   08:53 Diperbarui: 31 Januari 2020   09:13 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah lama sekali tidak menulis di sini, bukan karena sudah berhenti menulis, hanya masalah waktu dan ketertarikan saja sih. Entah sejak kapan, setiap kali membuka laman Kompasiana, saya selalu disambut oleh video Presiden Amerika Serikat, si Donald Thrump. 

Setiap kali melihat sosok ini, rasa kemanusiaan saya seperti digedor-gedor. Memang sih, dia hanya melanjutkan kebijakan-kebijakan para pendahulunya terkait 'pendudukan' Amerika di Timur Tengah, juga di Indonesia sejak penggulingan rezim Sukarno dan naiknya Suharto yang diwarnai pembantaian paling berdarah tak kurang dari satu juta rakyatnya sendiri dengan kesewenang-wenangan.  

Andre Vltchek bahkan menulis dalam bukunya "Exposing Lies of the Empire" bahwasanya, antara 1 -- 3 juta orang Indonesia 'harus' dibantai pada tahun 1965-1966, untuk memastikan kekuasaan kelompok turbo-kapitalis yang korup yang dapat menjamin mengalirnya sumber daya alam yang melimpah ruah (walaupun sekarang dengan cepat menipis), yang tidak terganggu dan sering tidak kena pajak, ke tempat-tempat seperti Amerika Utara, Eropa, Jepang dan Australia. 

Terus terang, sama sekali tidak ada yang 'normal' tentang negara-negara seperti Indonesia dan KSA. Faktanya, akan memakan waktu beberapa dekade, bahkan kemungkinan besar beberapa generasi, untuk mengembalikan negara-negara ini ke keadaan 'normal'. Bahkan jika prosesnya segera dimulai, pihak Barat berharap bahwa pada saat itu berakhir, hampir semua sumber daya alam negara-negara ini sudah habis. 

Namun proses ini belum dimulai. Alasan utama untuk stagnasi intelektual dan kurangnya resistensi jelas sekali: masyarakat di negara-negara seperti Indonesia dan KSA sudah dikondisikan sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat melihat kenyataan brutal yang ada di sekitar mereka. Mereka diindoktrinasi dan 'ditenangkan'. Mereka diberitahu bahwa sosialisme sama dengan ateisme dan bahwa ateisme itu jahat, ilegal dan 'berdosa'.

Untuk melanggengkan kekacauan ini, mereka menciptakan Wahhabisme di Indonesia dan Isis serta Al-Qaeda di Timur Tengah sehingga terkesan kaum Muslim berkonflik dan berperang dengan sesama mereka sendiri. 

Jahat? Tentu saja. Mereka bermain-main dengan nyawa jutaan umat yang lugu dan lemah, hanya demi mengeruk kekayaan sumber daya alam sebuah negara yang menjadi target penjajahan ekonomi mereka. 

Namun jangan pernah patah harapan, Doa adalah senjata paling ampuh milik kaum lemah dan yang dilemahkan. 

Tetaplah di dalam kebaikan, sekalipun dunia ini terlihat mengerikan.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun