Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Bekam Telah Mengembalikan Kesuburan Sahabat Saya

22 April 2011   02:17 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 7036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah melahirkan putri pertamanya 10 tahun yang lalu, sahabat saya yang sibuk menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran. Dan setelah empat atau lima tahun usia putrinya, ia berencana hamil lagi. Namun tahun-tahun berlalu tanpa hasil. Bukannya hamil, sekian penyakit mulai menggerogoti bagian reproduksinya, dari kista hingga infeksi kandung kemih. Sebagai Huffadh atau penghafal Al Qur'an tentu saja ia menyerahkan segalanya pada ketentuan Allah Swt.

Karena sama-sama sibuk dan tinggal di kota yang berbeda setelah menikah, saya jarang bertemu sahabat saya sejak SMP itu. Namun suatu hari, dalam perjalanan pulang dari Surabaya ia mampir ke rumah saya di Lumajang bagian utara. Ia masih orang yang sama yang saya kenal. Seorang yang penuh semangat dan pembicaraan kami begitu menyenangkan. Tapi di antara obrolan yang sedang gayeng, ia seringkali meringis menahan sakit di bagian perut. "saya sering tak mampu menahan kencing," lalu ia menceritakan bagaimana ia berburu toilet di semua tempat yang ia kunjungi dan harus bergegas pula supaya tak ngompol.

Saya begitu kasihan dan berharap bisa melakukan sesuatu untuk meringankan sakitnya. Saya jelaskan tentang pengobatan bekam. Meski pada mulanya sahabat saya agak takut, ia bersedia saya terapi. Sayangnya tak bisa lama, karena waktu. Kecuali membekam kering di area perut ( sama dengan titik akupunktur ), saya tak mengeluarkan darah kotor dari tubuhnya. Setelah 7 menit ( waktu maks untuk perempuan dengan metode bekam kering ), saya melepas gelas-gelas udara. Sahabat saya mengatur napas, merasakan efek bekam. Dan tersenyum takjub. "saya merasa lega," ia menggambarkan bagaimana 'sembeng dan nyeri' di perutnya menguap bersama angin ( maaf, kentut ) yang keluar.

Sebulan kemudian saya mudik, dan bertemu lagi dengan sahabat saya itu di sebuah acara pengajian ibu-ibu muslimah dimana saya diundang untuk memberi pelatihan Bekam. Selepas acara ia mengundang saya ke rumah ibunya, yang sering sakit belakangan ini. Tapi Ibu sahabat saya tengah menstruasi, saya tak jadi membekam beliau. Sebagai gantinya, sahabat saya yang diterapi. Dalam kesempatan itu, bude sahabat saya juga minta dibekam. Perempuan itu sangat kasihan, bertahun-tahun dibayangi monster penyakit darah tinggi yang menyebabkan salah satu bola matanya seolah akan melompat keluar.

Saat ini, sahabat saya itu sudah hamil. Suaminya yang sangat senang adalah yang paling bersemangat belajar ilmu bekam. Sebagai Sekdes ia memimpikan kelak bisa memberi pengobatan gratis untuk kalangan miskin di desanya.**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun