Mohon tunggu...
Rico Adi Utama
Rico Adi Utama Mohon Tunggu... profesional -

Asli Piaman Laweh - Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konser Puisi Akhir Tahun: Saatnya Penyair Sufistik ‘Pinto Janir’ VS FAM Indonesia

30 Desember 2013   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:20 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388417070318654310

Tersiar kabar, bahwa tak berapa lama lagi, seorang penyair yang beraliran sufistik akan berhadapan dengan Forum Aktif Menulis Sumatera Barat. Denni Mailizon, Komandan FAM Sumatera Barat, sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menantang sang penyair Sufistik ‘Pinto Janir’.

Arena pertaruangan itu, tepatnya berada di Gedung Teater Taman Budaya Kota Padang, di penghujung tahun 2013, jatuh di tanggal 31 Desember 2013 esok malam, pukul 20.00 wib sampai selesai. Didalam kesempatan yang sama, kabarnya pula, akan diluncurkan tiga buku puisi fenomenal, karya anak Nagari Minangkabau, Sumatera Barat, luar biasa!

Menambah warna pentas dan pertarungan langka ditahun ini yang bekerjasama dengan Taman Budaya Padang, Sanggar Seni Pentasssakral, Sangga Seni Indo Jati, Sanggar Seni dan Budaya Gastarana, Sanggar Seni Pelangi Ranah Minang, Group Perkusi dari UNP dan Sanggar Seni Nan Tumpah, ikut unjuk gigi dan kebolehannya. Disinyalir sanggar – sanggar tersebut adalah sanggar seni pilihan yang sudah teruji karya dan pertunjukannya, baik di Sumatera Barat maupun pertunjukan seni antar Negara.

Namun yang tidak bisa dilupakan, bahwa pendukung dan fasilitator acara ini sebenarnya adalah Komunitas Gerakan Pramuka Cinta Sastra Sumatera Barat, bekerjasama dengan FAM Indonesia.

SEKAPUR SIRI

PADA puisi ada hati, pada puisi ada jiwa, pada puisi ada akal, pada puisi ada budaya, pada puisi ada berlapis keindaan, Pada puisi….itulah ia lembaga pendidikan perasaan yang hakiki.

Mengapa mesti berpuisi?, Maka jawabnya, Puisi adalah perwakilan ekspresi yang merdeka mengurai perasaan. Ketika rasa tertekan, puisi menjadi tempat segala tempat untuk mencurahkan segalanya.

Dalam puisi semua terwakili, kesedihan, kesenangan, kebahagiaan, keharuan, cinta, rindu, derita, kesengsaraan, perkisahan, menjadi objek indah dalam bahasa puisi yang terasah. Maka, puisi adalah bahasa paling jujur yang datang dari lubuk hati yang paling cukam. Wajar saja, bila ada sesuatu yang “ternoda” di lantai kehidupan ini, puisi menjadi sapu pembersih dari kekotoran itu.

Rumah sastra yang paling tua itu adalah puisi, ia seni yang paling pertama dan kekal mengilhami rasa dan jiwa manusia untuk mencapai kehidupan yang terang di dunia maupun di akhirat adalah puisi, yakni ‘puisi’ ilahi, seperti yang tertera dalam Al-Quran yang disusun dalam bahasa yang maha indah dari sang pencipta makhluk segala makhluk, alam segala alam, yakni Tuhan Allah Yang Maha Kuasa. Al-quran adalah ‘puisi’ dalam bahasa Tuhan.

Puisi manusia tak bisa dibandingkan dengan puisi Tuhan, tentulah ia tak segagah dan tak sehebat puisi Tuhan Allah. Tapi, melalui puisi, manusia bisa menyerukan syair untuk syiar yang berakar dari kebenaran ilahi.

Bahwa, sesungguhnya, penyair yang tak tergelincir dalam kesesatan kata adalah penyair yang juga pensyiar (bukan penyiar) dari ‘syair-syair’ ilahi, yaitu kata-kata penyeru kebenaran.

Ketika nama Allah, berdetak di hati nurani tiap saat, lalu melahirkan rasa yang tersusun dalam huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi ‘makna’ maka itulah sinyal puisi dariNya.

Puisi adalah induk seni, dalam puisi ada musik. Ketika nada berpuisi dari satu tangga ke tangga lainnya, ia menyusun bunyi, maka tanpa kata, musik pun kan jadi puisi. Dalam lukisan ada puisi. Ketika imaji menari-nari di kanvas kehidupan seorang pelukis, ia berpuisi dengan warna dan hayalan yang tergariskan, maka hayalan itu terwakili di atas kanvas.

Lalu, rasa menjadi terundang menyaksikan garisan, ketika jiwa masuk dalam lukisan seorang pelukis, maka itulah puisi di atas kanvas. Tanpa kata, seorang pelukis juga telah berpuisi. Ia berpuisi, dengan warna, garis, dan imaji.

Keluarga juga puisi. Ketika ada kedamaian, ada keharmonisan, ada kerinduan, ada kecintaan yang tiada teduh-teduhnya, di saat itu puisi tercipta dengan sendirinya. Wajarlah, bila dikatakan “Keluarga adalah Puisi Terindah”.

Doa juga puisi. Ketika kita mengurai doa dalam bahasa indah dan santun, ketika itu pula kita sedang berpuisi pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemarahan, bila disampaikan dalam ekspresi tak terkendali, maka ia akan menjadi perusak. Namun, bila ‘kemarahan’ berikat keindahan kata, maka ia menjadi puisi pengeritik, pengelitik, pengingat, pencubit, kehidupan sosial. Puisi, melenyapkan anarkis kehidupan. Maka dari itu, puisi adalah salah satu media “kedamaian”.

KONSER PUISI Akhir Tahun ini adalah bahasa kejujuran dan Ia enggan berdusta. Kecelakaan hidup, kecelakaan bangsa akan terjadi bila dusta membudaya. Dan puisi mengajarkan kita untuk berjujur-jujur. Perlu kiranya kita memasyarakatkan puisi untuk mengajarkan kita pada keindahan dari kejujuran hati. Pada soal ini, menjadi alasan bagi kita untuk menyelenggarakan “Konser Puisi Akhir Tahun untuk Indonesia”.

“Rajut Kata Tulis Kata Gali Jiwa Sampaikan Rasa Dengan Puisi Kita Bersuara”

Menampilkan Penyair Pinto Janir. Pinto Janir adalah sosok penyair yang memulai karir kepenulisan dari dunia jurnalistik. Pinto, selain penulis sajak, selain seorang jurnalis, juga sebagai pencipta dan penyanyi lagu Minang.

Ia adalah seniman yang juga menyukai dunia melukis, potret dan seorang seniman yang cinta pada seni tradisi dan budaya Minangkabau. Ia telah melahirkan banyak karya puisi, jurnalistik, esai, lukisan, lagu dan telah memilih dunia berkesenian sebagai dunia utama dalam kehidupan. Pada Konser Puisi Merah Putih untuk Indonesia, Pinto Janir akan meluncurkan buku puisi bertajuk “Puisi untuk Rakyat”.

Dalam moment yang sama itu, juga menampilkan Para Penyair FAM Indonesia diantaranya; 1) Denni Melizon, 2). Muhammad Fadhli, 3). Refdinal Muzan, 4). Befaldo Angga, 5). Nurida Sari, 6). Hasan Asyari, 7). Irwan Hasan Nuh Rafi, 9), dan banyak lagi yang akan turut serta.

Tujuan pertunjukan yang merupai pergelaran seni terakbar ini, ialah ditujukan dalam usaha untuk; 1). Pelestarian nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau, 2). Bertanam nilai puisi dalam neningkatkan tenggang rasa dalam kehidupan sosial, 3). Menciptakan pentas seni pertunjukan sebagai wadah mengekspresikan kesenian di tengah kehidupan masyarakat. Kemudian, 4). Sebagai perekat persatuan antara kita insan ‘berperasaan’. Bukankah, ketika ada yang cabik, maka seni menjadi alat pemersatu rasa?. Maka, 5) Dengan puisi, kita ikut mendukung kepariwisataan berbasis lokal di Sumatera Barat.

Juga, 6) Sebagai pentas hiburan di akhir tahun 2013. Kita tutup akhir tahun masehi ini, dengan gelaran kesenian yang tentu saja kita harap akan memberi banyak manfaat yang jauh dari hura-hura tak berujung tak berpangkal. Sembari, 7). Menyemarakkan semangat gemar menulis dan membaca di kalangan generasi muda Sumatera Barat. Mari, Menutup tahun 2013, membuka lembaran 2014 dengan Puisi.

Maka, terikatlah dengan erat tema dari moment fenomenal ini, yakni “Rajut Kata Tulis Kata, Gali Jiwa Sampaikan Rasa Dengan Puisi. Kita Bersuara Dengan Seni Kita Bersatu Budaya Minangkabau Identitas Kita”

Oleh sebab itu, bak sebuah Bentuk Kegiatan,maka dari ituKegiatan ini, dijadikan dalam bentuk pembacaan puisi yang dikolaborasikan dengan musik dan fragmen serta gerak tari. Pentas didesain dalam daya tarik seni pertunjukan, yakni dekorasi dan cahaya (lighting) dan soundsistem yang memadai. Tiap satu puisi yang dibacakan, satu pergelaran musik dan ‘teater’ yang mewakili isi dan pesan puisi.

Catatan Panitia:

SUSUNAN ACARA

1). Opening/pembukaan

2). Penayangan biodata para penyair

3). Kata tikam rasa nan berjejak dari Wakil Gubernur Muslim Kasim dalam sebuah orasi kebudayaan. Sekaligus diluncurkannya 3 buku kumpulan puisi Pinto Janir,Denni Meilizon, Refdinal Muzan dan ditandai dengan pembukaan selubung “sampul” puisi tersebut oleh salah seorang budayawan/seniman Sumatera Barat.

4). Pembacaan Puisi pembuka dari H Halius Hosen diiringi sanggar Pentassakral.

5). Pembacaan Puisi dari Pinto Janir diiringi grup Perkusi UNP

6). Pertunjukan Seni dan puisi dari FAM

7). Kupasan dari kritisi sastra Pembacaan Puisi “Nol-nol”

8). Penutup.

Ketua Pelaksana : Denni Meilizon (Ketua FAM)

Sekretaris : Muhammad Fadhli

Bendahara : Desri Erniza

Pembina Kegiatan :

-Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Sumbar, Drs H Muslim Kasim.,Ak.,MM, Datuk Sinaro Basa

-Pinto Janir (Wakil Ketua Gerakan Pramuka Sumbar)

-Muhammad Subhan (Ketua FAM Indonesia)

KATA PENGHABISAN

Sehabis-habis kata, ada yang tak terkatakan adalah rasa sedalam rasa yang tak habis-habis. Ada yang tersampaikan adalah harapan semanis-manis harapan, adalah keindahan kebersamaan Sebaik-baik kebersamaan adalah menjadikan hari esok jauh lebih baik dari hari ini. Dan ia menjadi puisi indah dalam kehidupan kita! Ketika ada yang retak, puisi memperbaikinya

Salam Budaya

‘Pinto Janir’ dan FAM Indonesia

Di Gelanggang dan Teater Besar Taman Budaya Kota Padang

Sumber Foto : Koleksi Foto  Befaldo Angga/ Group FAM Wilayah Sumatera Barat. Sumber Berita: Share dari Akun FB Denni Meilizon/ Group Facebook FAM Wilayah Sumatera Barat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun