Mohon tunggu...
Ricky A Manik
Ricky A Manik Mohon Tunggu... Peneliti -

belajar untuk menjadi kuat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fantasi Pendukung Capres dan Cawapres

14 Januari 2019   08:12 Diperbarui: 14 Januari 2019   08:29 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muhammad Zainul Madji atau yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) membuat pernyataan mendukung pemerintahan Jokowi dua periode. Ia digadang-gadangkan mampu menjadi salah satu figur pemimpin bangsa sebagai pesaing petahana. 

Posisinya sebagai Gubernur NTB dua periode dan Dai merupakan modal sosial dan kultural yang kuat untuk dirinya bisa masuk dalam Pilpres 2019. Sosoknya menjadi representasi seorang tokoh bangsa dan umat Islam. TGB dibangun dengan imej personal sebagai ulama, cendikiawan, politisi, pemimpin bangsa dan umat, guru, dan teladan.

Dengan pernyataan tersebut, tentu membuat kekecewaan bagi kaum oposisi pemerintahan atau bagi orang-orang yang telah menganggap TGB sebagai pribadi yang objektif dalam sikap politik. Imej atau citraan-citraan yang yang dimiliki oleh TGB menjadi fantasi fundamental bagi para relawan dan penggemarnya. 

Akan tetapi, fantasi fundamental akan citraan dirinya seketika runtuh hanya dengan pernyataan dukungan terhadap pemerintahan Jokowi. Hal ini berlaku juga bagi para artis yang menjadi objek hasrat orang lain. 

Para penggemar Slank, Dewa 19 dengan Ahmad Dhaninya, dan Iwan Fals bisa seketika berbalik tidak menyukai bahkan sangat muak dengan idolanya tersebut ketika membuat pilihan politik yang berbeda dari para fans.

Hal demikian juga terjadi pada pilihan Cawapres. Seperti kita ketahui bahwa Jokowi memilih Ketua MUI Kyai Ma'aruf Amin sebagai pendampingnya, sedangkan Prabowo memilih Sandiaga Uno selaku Cawapresnya. 

Pilihan kedua cawapres ini menimbulkan banyak riuh karena berada di luar wacana nama usungan yang dikembangkan oleh kedua belah pihak. Di pihak Jokowi, nama Cak Imin yang jauh-jauh hari mendeklarasikan dirinya sebagai Cawapres juga diikuti oleh ketua umum parpol pengusung Jokowi, seperti ketua umum PPP M. Romahurmuziy, ketua umum Golkar Airlangga Hartarto, dan nama-nama lain seperti Mahfud MD, Chairul Tanjung, dan lain sebagainya.   

Sementara itu, di pihak koalisi oposisi, PKS menyodorkan sembilan nama kader terbaiknya untuk mendampingi Prabowo selaku Capres. Sodoran lain juga dilakukan melalui Ijtimak Ulama yang merekomendasikan Ustad Abdul Somad (UAS) dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri untuk menjadi Cawapres Prabowo. PAN sebagai partai koalisi juga membawa nama ketua umumnya Zulkifli Hasan dan Demokrat dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Pilihan Jokowi terhadap Kyai Ma'aruf memunculkan kekecewaan pendukung atau relawan. Terutama para pemilih Ahok di Pilkada DKI 2017 yang menganggap Kyai Ma'aruf memberi andil (dengan kesaksiannya dipersidangan) atas dipenjaranya Ahok terhadap kasus penistaan agama. 

Pun pilihan Prabowo yang mengidentikkan pilihannya pada rekomendasi Ijtima Ulama yang dipenghujung pendaftaran malah memilih Sandiaga Uno. Kekecewaan itu dapat dilihat dari reaksi para relawan dari berbagai media sosial yang ancar-ancar untuk memilih golput atas kontestasi pilpres 2019.  

Wacana Penanda Identitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun