Mohon tunggu...
Ricky Arfiana
Ricky Arfiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cekungan Mandala; Prolog

26 April 2017   06:52 Diperbarui: 26 April 2017   15:00 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hujan begitu deras mengguyur sebuah wilayah kekuasan kerajaan yang agung. Selama sepuluh tahun terakhir ini rakyat mereka hidup damai dan tenteram. Mungkin bisa dibiang ini adalah masa jayanya kerajaan mereka. Selama berpuluh-puluh tahun ke belakang, mereka selalu menerima hantaman dari kerajaan lain. Mulai dari kerajaan kecil disekitarnya ataupun kerajaan yang mempunyai kekuatan besar dan kekuasaan luas sering melakukan serangan ke wilayah mereka. 

Kerajaan ini dikelilingi oleh gunung dan bukit bukit yang menjadi tameng kerajaan ini dari para musuh. Jangkan ke jantung kota, sebelum perkampungan pun biasanya bala tentara kerajaan ini sudah bisa mengatasi para prajurit yang bisa merangsek melewati dinding karang. Rakyat kerajaan menyebut pintu gerbang ke dunia luar dengan sebutan dinding karang. Pintu ini adalah sebuah pahatan alam yang sangat berharga bagi kerajaan Mandala. Dua gunung yang seperti sengaja dibelah ini menghasilkan sebuah celah kecil dari dalam tetapi semakin lebar keluar. Mungkin itu sebabnya kerajaan ini sulit ditaklukan. Para musuh semakin dekat akan semakin sedikit karena jalan yang semakin sempit. Sementara para prajurit kerajaan Mandala sudah siap menghujani mereka dengan api berupa panah dari sisi atas gunung. Selain dinding ini tidak ada jalan lain untuk memasuki wilayah Mandala.

Kerajaan Mandala merupakan sebuah anomali karena hanya diwilayah inilah padi bisa ditanam. Sementara kerajaan lain merupakan kerajaan yang tandus dan gersang tetapi dilimpahi dengan kekayaan emas, tembaga, timah dan lain lain. Sangat susah sekali menanam sesuatu disana.

Tapi tahun ini di kerajaan Mandala produksi pangan mereka sedang menurun akibat musim hujan yang lama dan curah hujan yang tinggi. Rakyat mulai khawatir dan raja pun ikut khawatir dengan keadaan yang cukup membuat stabilitas sedikit terganggu. Sudah berbagai cara digapai untuk menanggulangi masalah yang terjadi. Mulai dari mengerahkan para ahli cuaca sampai membuat tempat untuk menanam bahan pangan. Akan tetapi itu semua tidak memiliki efek yang signifikan dalam permasalahan ini. Rakyat hanya berserah diri kepada tuhan supaya keadaan ini cepat berlalu.

Hujan tidak ingin berhenti, kegiatan sehari-hari terganggu dan lain hal sebagainya yang tidak biasa seperti tahun-tahun ke belakang harus dilalui kerajaan ini tanpa ada secercah harapan untuk menanggulanginya sampai putra bungsu sang Raja sakit akibat cuaca buruk yang tidak semestinya ini. Meski tidak begitu parah akan tetapi sakitnya sang putra membuat sang raja khawatir. 

Para tabib dan ahli kesehatan lainnya didatangkan untuk mengobati sang putra. Setelah beberapa bulan menjalani pengobatan akhirnya kondisi sang anak membaik meski belum sepenuhnya sembuh tapi keadaan ini membuat hati raja tidak khawatir lagi. Namun dari kejadian ini bukanlah membaiknya keadaan sang putra yang begitu penting bagi kerajaan. Adalah seorang tabib yang memberikan sebuah informasi penting kehidupan kerajaan ini ke depannya. 

" Yang mulia, saya ikut sedih dengan apa yang terjadi pada negeri ini. Hujan yang terus turun tanpa henti ini memberikan kerugian bagi kita." Ujar sang tabib mengawali maksudnya.

" Sudahlah mari kita serahkan saja pada yang diatas. Saya sudah mencoba segala cara. Hasilnya kita serahkan pada yang maha kuasa. Saya sudah pusing dengan kondisi sekarang ini. Rakyat banyak yang kekurangan dan bahkan menderita akibat cuaca sekarang. Lagi pula saya sekarang sedang senang anak saya sudah bisa diobati." Jawab sang raja.

" Betul yang mulia, tapi saya mau memberikan sebuah informasi yang penting. Dulu di suatu negeri diseberang sana. Negeri itu pernah mengalami hal yang sama dengan apa yang kita alami sekarang. Negeri itu bernama Tumba jauh di utara sana. Mungkin yang mulia bisa mengirimkan utusan untuk mempelajari bagaimana negeri itu menjalani dan menanggulangi masalah tersebut." Kata sang tabib.

" Apakah betul itu apa yang kau ceritakan. Terima kasih atas informasi yang kau berikan akan saya pikirkan bagaimana ke depannya." Ujar sang raja dengan raut muka sedikit bingung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun