Mohon tunggu...
Ricky Saragih
Ricky Saragih Mohon Tunggu... -

Seorang yang selalu ingin berpendapat tentang sesuatu..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Legislatif, Eksekutif, Yudikatif & Media

25 Januari 2010   09:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:16 20145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Discalimer Mode : ON,

Peran lembaga kekuasaan yang mandul

Teori pembagian kekuasaan yang selama ini dikenal, datang dari Montesquieu yang membagi kekuasaan negara ke dalam 3 bagian penting. Legislatif yang bertugas membuat Undang-undang, Eksekutif yang bertugas menjalankan Undang-Undang dan Yudikatif adalah pengawas terhadap Eksekutif. Teori ini tentu sudah sangat dikenal, bahkan dari sejak saya menginjakkan kaki di Sekolah Dasar.

Tujuan dari teori ini tentu untuk membatasi kekuasaan yang absolut, sehingga ada fungsi check and balance. Tetapi yang menjadi pertanyaan mendasar adalah, ketika ketiga fungsi kekuasaan tersebut sudah "menyatukan diri kedalam sebuah "kesepakatan" yang tidak tertulis, terjebak kedalam suatu sistem yang "tahu sama tahu", maka apakah gunanya pemisahan kekuasaan?

Eksekutif yang korup membuat rakyat berharap kepada Yudikatif untuk mengawasi. Ternyata Yudikatif juga tidak lebih baik. Sebagai lembaga yang menegakkan hukum dan perundang-undangan, hati ini miris melihat suatu lembaga yang harusnya menegakkan hukum dan perundangan juga terlibat pada sistem yang "tahu sama tahu". Pada akhirnya, harapan itu bergantung pada Legislatif, lembaga yang membuat Undang-undang, lembaga yang disebut juga sebagai rumah rakyat. Lalu apa yang terjadi? rumah rakyat yang mewah itu dipenuhi oleh "tikus-tikus" yang selalu berbicara untuk membela rakyat, yang haus akan kekuasaan dan yang "tidak kompeten" membuat Undang-undang itu sendiri (karena sebagian besar atau mungkin seluruh draft Undang-undang disusun oleh Eksekutif). Lalu untuk apa fungsi Legislatif? melakukan pengawasan terhadap Eksekutif? pengawasan yang bagaimana? menurut saya pengawasan itu sebagian besar hanya didasarkan pada kepentingan individu maupun kelompok (baca : Partai) mereka sendiri.

Media sebagai Harapan Baru

Lalu kepada siapa rakyat berharap? munculla Media. Suatu lembaga baru yang independen yang berani bersikap ditengah carut marutnya suatu negara. Media melaksanakan dua fungsi sekaligus. Yang pertama adalah fungsi "pengawasan". Siapa dari pelaksana penyelenggaraan negara yang berani melawan Media? bahkan suatu proses hukum pun dapat dihentikan karena kekuatan Media. Media menjadi satu-satunya harapan rakyat dalam membongkar segala kebobrokan yagn terjadi. Membongkar sistem "tahu sama tahu". Membongkar "kesepakatan" yang tidak tertulis. Sehingga mata rakyat terbelalak betapa hancurnya keadaan negara tersebut. Banyak sekali kebobrokan yang masih terselubung itu terkuak dan ditelanjangi dihadapan rakyatnya sendiri.

Sedangkan fungsi yang kedua dari Media adalah fungsi "menghukum", yang notabene adalah fungsi Yudikatif. Punishment disini didapat dari rakyat. Ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa, menjadikan Penguasa berusaha sebaik mungkin memperbaiki citranya. Legislatif berusaha overacting menyelidiki Eksekutif seakan-akan mereka sendiri Penegak Hukum. Eksekutif kelabakan, dan berusaha mencari dukungan dengan melakukan propaganda penegakan hukum. Sedangkan Yudikatif? masih berkutat dengan perbaikan sistem organisasi. kemana aja selama ini???

Media tampil menjadi "Pahlawan" yang menjadi "Malaikat Maut" bagi mereka yang berkuasa. Ketakutan terhadap Media menjadi modal utama untuk mewujudkan fungsi utama dari Teori Montesquieu, yaitu saling mengawasi. Kepercayaan rakyat terhadap Media, menjadi senjata yang baik untuk memperbaiki negara. Lalu ada pertanyaan yang mengusik kita, yaitu : apakah Media itu masih independen? tidakkah Media sekarang juga dimiliki oleh orang-orang yang berkecimpung didalam Partai Politik? Apakah Media objektif? Tidakkah Media juga dapat disuap?

Hmmm.. untuk pertanyaan ini, memang susah dijawabnya. Tetapi sepanjang yang saya ketahui, rakyat akan menentukan sendiri Media mana yang terkesan ditunggangi, dan media mana yang masih objektif. Jika kita merasa Media yang satu beritanya tidak proporsional, maka media itu sendiri akan ditinggalkan pembacanyaatau pemirsanya. Karena pada dasarnya, banyak media yang tersedia. Tidak hanya televisi, radio dan surat kabar. Blog ini juga merupakan Media. Media tempat seseorang mencurahkan pendapatnya. Apakah blog ini objektif? tentu pembaca yang menilai. Tapi satu ayng pasti, saya meyakini Media (dalam arti luas) masih dapat dipercaya dan pendapat saya dalam blog ini masih sangat objektif, karena saya tidak mempunyai kepentingan apapun didalam kekuasaan itu, kecuali harapan akan terciptanya suatu check and balance yang selaras dan tentu saja yang B.E.R.S.I.H.

Harapan itu terletak pada Media......

Regards

-Ricky Saragih-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun