Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Populerkan "Save Indonesia" oleh Anak

7 Agustus 2019   13:24 Diperbarui: 7 Agustus 2019   13:35 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KesiapsiagaanBencana. Perlu diakui bahwa Indonesia adalah negara yang tak pernah siap dalam menghadapi bencana. Padahal sesungguhnya sudah lama Indonesia menyadari bahwa negeri ini terletak di kawasan Pasific Ring of Fire yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi.

Terlalu sering pula negeri ini dibombardir oleh bencana alam hanya karena letaknya di antara gugusan gunung api dan pertemuan beberapa lempeng bumi. Namun sayangnya kepekaan kita untuk menyelamatkan Indonesia secara kompak dan bersama-sama belum pernah terpikirkan.

Berbagai literatur dari penulis terkenal hingga hasil riset dari peneliti ternama telah menyajikan referensi dan berbagai data tentang manajemen bencana dan solusi. Akan tetapi semuanya tampak menjadi residu dan tak dianggap oleh negeri bencana ini.

Pertanyaannya adalah kurang pentingkah kesiapsiagaan terhadap bencana yang membawa resiko terhadap nyawa kita? Saya cukup yakin bahwa setiap kita sepakat menyatakan bahwa nyawa itu sangat penting. Begitu pula keyakinan yang sama terhadap setiap orang yang memiliki rencana masing-masing terhadap kesiapan menghadapi bencana meskipun perencanaan baru dilakukan setelah puluhan nyawa melayang di depan hidung kita.

Perencanaan jenis itu harus ditinggalkan dan sedapat mungkin perencanaan kesiapsiagaan menghadapi bencana dimulai dari dalam rumah tangga. Bahkan pada ekspektasi yang ideal adalah mendorong anak sebagai pelopor kesiapsiagaan di dalam keluarga.

Terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana dari keluarga, puluhan tahun yang lalu Robin Olson pernah menulis di situs IRMI tentang Perencanaan Bencana Keluarga. Sepi pengunjung di tulisan itu namun bagi saya relevansi tulisan itu sesungguhnya tak lekang oleh waktu.

Memang memotivasi orang lain yang belum pernah terkena dampak bencana untuk sepenuhnya terlibat dalam perencanaan kemungkinan bencana di masa depan bukanlah tugas yang muda. Apalagi pola pikir orang dewasa dipenuhi skeptis yang kemudian sulit untuk mengubah pola pikir yang sudah diyakini sebagai sebuah kebenaran tunggal.

Atas dasar itu mengharapkan orang dewasa sebagai pelopor perubahan dalam mitigasi bencana bagaikan pungguk merindukan bulan. Anak-anak harus diberikan kepercayaan untuk menjalani tugas mulia ini, selamatkan masa depan dan Indonesia dari bencana.

Anak sebagai Aktor 'Save Indonesia'
Fenomena perubahan kurikulum di banyak negara tak terlepas dari komitmen di tingkat global dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan mendorong adanya perubahan perilaku. Bersamaan dengan itu isu perubahan iklim dan pengurangan resiko bencana muncul sebagai mega topik yang juga menuntut perubahan perilaku.

Sinkronisasi antara keduanya yakni pengurangan resiko bencana itu mesti diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan sejak dini mungkin kepada anak-anak. Anak-anak yang mendapatkan asupan pengetahuan dan diarahkan untuk mengubah perilaku dan pola pikir ditempatkan sebagai subjek utama dalam  memelopori kesiapsiagaan di rumah tangga.

Hal ini dimaksudkan untuk penanaman kesiapsiagaan terhadap bencana sejak kecil sehingga kelak di Indonesia kesiapsiagaan sudah menjelma menjadi sebuah basis perencanaan dalam setiap rumah tangga.

'Save Indonesia' dari Keluarga
Anak sebagai agent of change sebetulnya sudah banyak digaungkan oleh berbagai institusi resmi pemerintah, organisasi sosial, dan lain sebagainya. Namun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak mendapatkan peningkatan kesadaran dan pengetahuan tetapi jarang melakukan tugas 'mengubah' di lingkungan dan bahkan rumahnya.

Terhadap hal itu maka metode pendidikan terhadap anak juga mesti perlu dicermati kembali. Berkaitan dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana, anak semestinya tak boleh didikte dengan pengetahuan ilmiah melulu.

Penanaman pengetahuan dan spirit kesiapsiagaan terhadap anak dapat dilakukan melalui media/poster terkait jenis ancaman bencana yang mudah untuk direplikasi di setiap sekolah. Selain itu anak didorong untuk mendiskusikan jenis ancaman bencana bersama orang tuannya dan upaya-upaya untuk mengatasinya. Idealnya hal itu diinisiasi oleh sekolah.

Selanjutnya anak dapat diberi tugas lain, misalnya menyusun perlengkapan siap siaga mandiri, mengetahui apa yang dilakukan sebelum bencana, saat bencana dan sesudah bencana dan menyusun peta dan jalur evakuasi dalam rumah.

Populerkan 'Save Indonesia' oleh Anak
Metode pendidikan dan peningkatan keahlian anak dalam menghadapi bencana sesungguhnya bukan hal yang baru. Banyak hal yang sudah dirintis oleh lembaga-lembaga dan organisasi kemasyarakatan.

Dari semua usaha yang dilakukan oleh masing-masing organisasi atau lembaga bukannya tidak maksimal tetapi terkesan sporadis. Mungkinkah terpikirkan bila kemudian kegiatan pelopor kesiapsiagaan oleh anak di keluarga tersebut dilakukan secara serentak dan rutin di seluruh Indonesia? Misalnya 'Program sehari anak save Indonesai'. Untuk menjadi selamat dan besar, maka hal sekecil apapun mesti dilakukan.

Atau bila tak mampu dilakukan oleh negara sebesar Indonesia, barangkali setiap pembaca yang membaca artikel ini bisa dijadikan sebagai edukasi dan mempraktekkannya di rumah bersama keluarga. Hemat, murah dan menjanjikan. Salam Tangguh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun