Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pencak Silat dan Pembangunan Peradaban Manusia

19 Juli 2022   01:37 Diperbarui: 19 Juli 2022   01:43 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kompas.id

Minggu siang, hari ketujuhbelas di bulan Juli, pada penanggalan Gregorian yang memasuki masa tahun ke 2022, saya dan kawan-kawan di Komunitas Omah Sinau Sogan menyempatkan untuk bersilaturahmi ke kediaman Kepala Desa Kebonagung, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. Di teras rumah Pak Kades, saya dibuat tegun oleh pintu kayu ukiran Jepara yang khas Jawa itu. Juga sebuah ukiran kayu bergambar tokoh wayang Baladewa yang terpajang di salah satu sisi dindingnya.

Dugaan saya, pasti Pak Kades yang satu ini termasuk golongan orang yang memiliki pemahaman luas mengenai kebudayaan Jawa. Lebih-lebih mengenai falsafah hidup orang Jawa.

Kami, saya dan Pak Kades, belum lama berkenalan. Belum lama pula bertemu. Tetapi, entah rasanya seperti sudah mengenal lama. Ini kali ketiganya kami bertemu. Tetapi, ia begitu hangat dan bersahabat. Istilah Jawanya semanak atau nyedulur. Ia menyambut kedatangan kami dengan tangan terbuka dan bersegera mungkin menyediakan diri untuk menemui kami.

Semua aktivitas yang mesti dilakukan hari itu ia hentikan. Hanya untuk menemui kami. Sebuah etika yang luar biasa dijunjung oleh Pak Kades.

Lalu, mulailah kami berbincang-bincang. Basa-basi tak begitu lama. Alakadarnya saja. Malah, perbincangan kami menemukan sebuah frekuensi yang begitu intens manakala membahas tentang apa-apa yang menjadi potensi desa. Mulai dari budaya, masalah sosial, sejarah asal-usul desa, politik, dan sebagainya.

Tanpa tedeng aling-aling, Pak Kades juga menyampaikan gagasannya tentang upaya membangun peradaban di desanya. Sesuatu yang sangat jarang ditemukan, saya kira. Mungkin sangat sedikit Kepala Desa yang begini. Lebih banyak Kepala Desa berbicara tentang proyek pembangunan yang arahnya pembangunan infrastruktur.

Tetapi, Pak Andi, begitu saya menyapanya, tidak demikian. Ia malah membicarakan bagaimana mengelola masyarakatnya. Dimulai dari pemetaan masyarakat hingga gagasannya tentang perubahan paradigma masyarakat Desa Kebonagung. Sebuah pemikiran yang brilian. Sebuah pembangunan jangka panjang yang tidak sembarangan.

Ia mengakui, untuk mengubah paradigma tidaklah gampang. Tidak juga bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Akan tetapi, harus berkelanjutan dan berkesinambungan. Membutuhkan banyak orang untuk terlibat. Bila perlu, membutuhkan regenerasi yang terus-menerus hingga akhirnya tercapai tujuan akhir itu.

Di sela-sela pembicaraan, lantas muncul obrolan yang awalnya sekadar selingan. Bahkan, boleh jadi hanya basa-basi. Tetapi, saya yang menangkap obrolan itu menilai jika obrolan itu justru inti. Mengapa? Karena tanpa sadar, Pak Kades membuka jati dirinya. Dan, saat itu saya menangkap kesan, bahwa apa yang menjadi gagasannya itu tidak lepas dari apa yang ada di dalam diri Pak Kades itu sendiri.

Ya, Pak Kades yang satu ini telah terdidik sejak masa kanak-kanaknya dalam lingkungan tradisi pencak silat. Dalam dunia pencak silat, meski tak tertulis, ada semacam aturan main yang harus mereka jalankan. Yaitu, melanggengkan tradisi perguruan silat mereka. Bukan untuk menjadi jawara, apalagi menjadi orang jumawa karena kependekarannya. Sebaliknya, di balik kependekaran seseorang ada tanggung jawab besar untuk melakukan kerja-kerja yang sifatnya lebih diorientasikan pada upaya pengayoman serta membangun kekuatan bersama.

Pendekar bukanlah sekadar sebutan untuk orang yang menguasai jurus-jurus silat. Sebaliknya, jurus-jurus yang dikuasai seorang pendekar adalah sarana baginya untuk bisa belajar tentang banyak hal. Terutama, tentang kehidupan dan alam semesta; tentang bagaimana seseorang mesti bersikap atas segala gejala yang dihadirkan oleh alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun