Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghayati Makna Sukses dari Tukang Becak

25 September 2021   03:00 Diperbarui: 28 September 2021   12:33 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukang becak | Sumber: KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI

Ya, kami memang memilih yang bertubuh segar. Apalagi cuaca sedang tak terlalu baik untuk badan. Hujan deras mengguyur.

Becak kami menerobos hujan. Tetapi, agar badan kami tak basah, pak penarik becak itu mengembangkan kain penutup becak, serta memasang plastik penutup pada bagian depan dan samping kiri-kanan. 

Sekalipun plastik transparan, rupanya hujan pandangan mata kami terbatas. Kami tak bisa menyaksikan situasi jalan dengan jelas.

Meski begitu, kami yang berhimpit di atas becak itu merasakan kehangatan. Kami berbagi cerita, canda dan tawa. Semua tumpah di atas laju becak yang diguyur hujan. Anak-anak begitu manja dalam pelukan kami. Seperti tengah mencari dan menemukan kehangatan yang begitu mendamaikan.

Tetapi, tiba-tiba, dalam hati saya terbesit sebuah pertanyaan, bagaimana dengan bapak penarik becak itu? Apakah ia pernah merasakan hal yang sama kami rasakan saat ini? Berbagi kehangatan di atas laju becak.

Sempat terpikir pula, betapa besar jasa pak penarik becak ini kepada kami. Ia tidak hanya mengantarkan kami sampai ke rumah dengan selamat, tetapi telah melengkapi kemesraan kami di tengah guyuran hujan. Sedang, ia sendiri mungkin saja tengah mengorbankan perasaannya untuk berbagi kemesraan dan kehangatan dengan keluarganya.

Semestinya, di tengah hujan seperti ini, akan lebih membahagiakan jika ia berada di tengah keluarganya. Tetapi, ia tidak. Ia memilih untuk setia mengawal penumpangnya sampai tujuan dengan selamat.

Sesampainya kami di depan pintu rumah, saya pun mengucapkan terima kasih yang tak hingga. Adapun upah yang kami berikan, sudah tentu tidak akan bisa melunasi hutangnya pada keluarga. Hutang berbagi kehangatan dan kemesraan.

Betapa, pengalaman semacam ini membuat saya berpikir. Bahwa menjadi seorang penarik becak pun membutuhkan profesionalisme. Kesungguhannya menjalani pekerjaannya.

Dan dari pak penarik becak ini saya mendapati sebuah pelajaran berharga. Yaitu, tentang citra orang sukses dalam mengarungi kehidupannya. Sukses bukan soal hasil yang dicapai, melainkan pada rasa tanggung jawab.

Sebagai penarik becak, mana sempat ia memimpikan untuk mendapatkan aneka macam penghargaan. Entah itu sebagai tukang becak teladan, tukang becak berprestasi, atau segudang predikat lainnya. Tetapi, yang dilakukannya hanyalah mengusahakan agar ia tetap memegang prinsipnya sebagai penarik becak yang budiman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun