Bagi orang-orang dulu, memasak bukanlah sekadar aktivitas rutin. Namun, memasak adalah sebentuk aktivitas yang membutuhkan kesungguhan. Mereka hanya ingin agar masakan mereka menjadi enak dan layak disajikan di hadapan orang-orang tercinta. Jika perlu, membagikan kepada tetangga, handai taulan, ataupun sanak saudara yang jauh. Mengirimkan masakan itu sebagai cinderamata.
Dan memang, seperti dikatakan Ahmad Ilyas, sebelum menjadi masakan yang tersaji di warung-warung, semua masakan dulunya adalah resep rumahan. Aktivitas berbagi atau berkirim masakan itulah yang selanjutnya membuka peluang bagi usaha untuk menyebarluaskan resep masakan. Tentu, ada pula inovasi di dalamnya kemudian.
Kini, setelah Soto Tauto Pekalongan menjadi sajian khas di warung-warung makan, muncul pula varian Soto Tauto Pekalongan. Mula-mula, bahan dasar Soto Tauto adalah daging kerbau. Namun, seiring perkembangan zaman ada yang menggunakan jeroan kerbau, bagian otot yang menempel tulang rawan, kuping kerbau, lidah kerbau, kaki kerbau, daging ayam, cakar ayam, tempe, tahu, dan sebagainya.
Jika demikian, dunia kuliner sebenarnya dunia yang dinamis. Ia bisa sangat mudah mengikuti perkembangan zaman, serta mampu berjalan seiring dengan perubahan selera. Meski, dalam beberapa hal, dunia kuliner tidak pernah bisa melepaskan diri dari kebakuan. Pengembangan atau inovasi pada sebuah jenis masakan boleh dibilang sebagai strategi yang dilakukan oleh siapapun yang ikut terlibat dalam dunia kuliner.
Anda masih penasaran sensasi rasa Soto Tauto Pekalongan? Datang saja ke Pekalongan. Saya tunggu kehadiran Anda di kota tinggal saya.
