Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menghindarkan Diri dari Keracunan Akal

11 September 2021   02:49 Diperbarui: 11 September 2021   02:53 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: www.heart.org

Pam Allyn mengibaratkan membaca dan menulis sebagaimana orang bernapas. "Reading is like breathing in, writing is like breathing out." Dua kegiatan itu menjadi satu paket utuh. Tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Membaca dan menulis ibarat napas yang memberi dan memperpanjang hidup. 

Dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi, memperluas wawasan, dan memperkaya pengetahuannya. Tetapi, semua informasi, wawasan, maupun pengetahuan itu tidak akan memberikan daya apapun jika tidak diolah dan dikelola sehingga menjadi layak untuk dibagikan kepada siapapun melalui tulisan. Bahkan, jika informasi, wawasan, dan pengetahuan itu dibiarkan berdiam diri dalam pikiran, lama-lama bisa saja akan menjadi racun yang membahayakan bagi kerja akal.

Informasi, wawasan, dan pengetahuan yang diserap juga memerlukan sirkulasi yang baik. Jangan sampai semua hal itu mengalami kemacetan hanya karena kemalasan kita untuk berbagi, terutama dalam bentuk tulisan. Tidak semua informasi maupun wawasan atau pengetahuan yang kita cerap itu kita butuhkan. Selalu ada hal-hal kecil yang bisa saja jika dibiarkan mengendap di dalam akal kita justru akan berdampak buruk bagi kerja akal. 

Ibarat arus lalu lintas, setiap terjadi kemacetan, arus lalu lintas itu memerlukan penguraian. Jika dibiarkan berlarut-larut, selain membuat pemandangan menjadi tidak sedap dipandang mata, juga berimbas pada polusi udara yang semakin parah, kondisi emosi yang bisa saja tak terkontrol, hingga pada kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum seperti menjebol dinding pembatas jalan, merusak fasilitas umum, dan sebagainya.

Sama halnya dengan kerja akal kita. Jika terjadi kemacetan yang kian parah, boleh jadi akan membuat akal kita kehilangan kewarasan. Kita menjadi sulit mengoordinasikan kerja pikiran. Sulit menemukan masalah yang sebenarnya. Dan, sangat mungkin bagi kita mengalami depresi karena kebenaran-kebenaran yang kita himpun melalui segala bentuk informasi, wawasan, dan pengetahuan itu berdesak-desakan untuk bisa diyakini sebagai satu-satunya kebenaran yang benar. Fatalnya lagi, jika kemudian kita hanya mendasarkan nilai kebenaran itu dari satu sudut pandang, tanpa menghiraukan kebenaran-kebenaran lainnya.

Saat itu pula, kita akan merasakan betapa hidup serba tak mengenakkan. Kita kehilangan keluwesan dalam menghadapi kehidupan yang kompleks. Kita kehilangan rasa akrab satu sama lain. Malah cenderung menganggap orang lain lebih rendah dari kita. Menganggap orang yang tak sepemahaman sebagai musuh. Betapa hidup terasa kaku.

Di dalam bingkai sikap kaku itu, seseorang akan cenderung memandang kehidupan dengan cara hitam-putih. Segala yang dihadapi hanya dipandang dari sudut pandang yang tunggal. Anti kritik dan semena-mena di dalam mengambil keputusan. Dengan kata lain, orang yang demikian cenderung kolot.

Pantas saja, seorang Abraham H. Maslow, psikolog Amerika pernah bilang, "A musician must make music, an artist must paint, a poet must write, if he is to be ultimately at peace with himself. What a man can be, he must be."

Bahwa aktivitas menulis, pada hakikatnya sebagai upaya untuk menjaga kewarasan berpikir dan memotivasi diri. Menumbuhkan semangat untuk hidup. Dipuncaki dengan sikap bijaksana.

Membaca dan menulis tentu bukan mantra yang bisa menyihir seseorang berubah menjadi pribadi yang baik. Akan tetapi, ia hanya salah satu jalur yang tersedia bagi siapa saja untuk menemukan hakikat kehidupan. Ia sarana bagi kita.

Meski begitu, selalu ada godaan di dalamnya. Teramat banyak. Kalau godaan-godaan itu terbahas dalam tulisan ini, rasa-rasanya tak akan cukup. Dan, godaan paling membuat kita lemah dan lengah adalah kemalasan.

Semakin malas seseorang, tak hanya membuat berat badan bertambah. Akan tetapi, juga akan membuat seseorang itu semakin mundur dan tertinggal dari orang lain. Hilang pula kesempatan untuk melakukan hal-hal yang berguna bagi kehidupan. Syukur, jika ia tak sampai melakukan tindakan-tindakan bodoh yang membuat dia tampak tak berguna di hadapan masyarakat.

Pada akhirnya, membaca dan menulis adalah kekuatan yang memberi daya pada hidup. Keduanya tak bisa dipandang sebelah mata. Keduanya memberi kesempatan bagi kehidupan yang menenteramkan untuk bernapas lega. Jauh dari kecemasan-kecemasan yang tak berguna bagi kehidupan manusia. Selamat mencoba!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun