Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pergaulan Dunia

9 September 2021   22:05 Diperbarui: 9 September 2021   22:10 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Larasati Dajar (24), Duta Bahasa dari Gorontalo (sumber foto: kompas.com)

Bahkan, dalam penelitian terkini yang dilakukan oleh ahli biologi molekuler Universitas Massey Selandia Baru, Murray Cox,  menyatakan bahwa penjelajahan dunia yang dilakukan oleh nenek moyang bangsa Nusantara sampai pula menembus lintas benua. Salah satunya benua Afrika, tepatnya di pulau Madagaskar. 

Mulanya, penelitian itu bertujuan untuk menganalisis DNA mitokondria yang diturunkan lewat ibu dari 2.745 orang Indonesia yang berasal dari 12 kepulauan dengan 266 orang dari tiga etnis Madagaskar (Malagasi): Mikea, Vezo, dan Andriana Merina. 

Hasil riset tersebut menyimpulkan, sekitar 30 orang perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar 1.200 tahun silam. Mereka disertai beberapa lelaki yang jumlahnya lebih sedikit (Jurnal Proceedings of the Royal Society B, Maret 2012).

Sementara dari sisi bahasa, kebanyakan leksikon penduduk Madagaskar berasal dari bahasa Ma'anyan yang digunakan di daerah lembah Sungai Barito di tenggara Kalimantan, dengan beberapa tambahan dari bahasa Jawa, Melayu, atau Sanskerta. 

Menurut Robert Dick-Read dalam Penjelajah Bahari, kemiripan ini kali pertama dikemukakan misionaris-cum-linguis Norwegia Otto Dahl pada 1929 setelah meneliti kamus Ma'anyan karya C. Den Homer (1889) dan karya Sidney H. Ray (1913). 

Berdasarkan temuan itu, maka sebenarnya sangat mungkin terjadi penyebaran budaya yang di dalamnya juga mengikutsertakan bahasa sebagai salah satu bentuk budaya. 

Temuan lain juga menyebutkan bahwa bangsa Nusantara adalah salah satu bangsa nenek moyangnya peradaban dunia, di samping bangsa Yunani. Temuan ini didasarkan atas hipotesis dua profesor dari dua negara yang berbeda, yakni Prof. Ariyoso Santos (Brasil) dan Profesor Oppenheimer (Inggris). 

Keduanya bahkan meyakini bahwa bangsa Nusantara (yang sebagian besar adalah berada di wilayah Indonesia pada masa kini) adalah keturunan bangsa Atlantis yang hilang itu. 

Temuan-temuan itu, menurut saya pribadi, tidaklah aneh. Bukan hal yang mustahil. Sebab, di dalam perjalanan sejarah Nusantara, nenek moyang kita semula adalah para petualang, penjelajah lautan. Apalagi dengan kondisi kawasan Nusantara yang lebih didominasi oleh kawasan laut yang membentang sedemikian luas. 

Kita bisa menengok relief pada candi Borobudur misalnya. Di sana terukir sebuah relief yang menggambarkan tentang kehidupan maritim bangsa Nusantara. Terdapat pula relief yang berupa kapal pinisi yang hanya bangsa Nusantaralah pemiliknya. Tidak ada bangsa lain yang bisa menirunya. 

Tentu, apa yang termaktub pada relief itu bukanlah sebuah fiksi melainkan sebuah gambaran atau cerminan terhadap kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada masanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun