Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu, Sekolah Pertamaku Belajar Toleransi dan Kejujuran

6 Desember 2020   23:56 Diperbarui: 7 Desember 2020   00:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu, sekolah pertamaku belajar toleransi dan kejujuran. Ini merupakan salah satu kegiatan toleransi warga halal bihalal Idul Fitri (dok.windhu)

Saat itu, aku juga sering diajak ikut jaga. Aku senang karena bisa sekalian bisa membaca koran dan majalah. Kepada sejumlah teman, aku menjual alat tulis seperti pulpen, pensil mekanik, pensil warna, rautan dan penghapus.   

Berusahalah. Tidak perlu bergantung pada orang lain. Tempat mengadu yang terbaik hanyalah kepada Allah Yang Maha Kuasa. Ibu mencontohkan hal itu dalam hidupnya secara teguh.

Ibu bahkan pernah bersikukuh tak akan pulang kampung halamannya jika  kondisi keuangan hidupnya belum baik. Dengan penghasilan bulanan yang diperolehnya, setiap bulan ibu mengatur keuangan keluarga dengan dimasukkan ke beberapa amplop sesuai dengan peruntukkannya, untuk sekolah dan lainnya

 Ibu, Sekolah Pertamaku untuk Toleransi dan Kejujuran

Membicarakan ibu tak akan pernah ada habisnya. Ibu, sekolah pertamaku. Sekolah bagi aku dan anak-anaknya yang lain, tentang berbagai hal. Selain mengajarkan pertama kali mengenai cara makan, berjalan dan mengenali dunia sekelilingnya, dari ibulah aku belajar membaca dan menulis.

Ibu tak hanya membentuk anak-anaknya untuk cerdas secara ilmu. Ibu juga menanamkan nilai-nilai, norma, dan karakter yang baik kepada anak-anaknya. Itulah bekal hidup yang akan melekat pada seorang anak hingga dewasa, bahkan tua dan meneruskannya kembali pada keturunan selanjutnya.  

Dari semua kenangan ajaran ibu, selalu aku ingat untuk dipegang teguh. Dalam menerapkannya memang tidaklah selalu mulus, sempurna ataupun sesuai dengan keinginan.

Terutama ajaran mengenai toleransi dan kejujuran. Ajaran yang harus dipegang teguh hingga kini, yakni :

1. Toleransi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) toleransi adalah sifat atau sikap toleran. Menerima perbedaan agama, suku, etnis, sikap, pendapat dan tindakan orang lain yang berbeda dengan diri. Dalam tolerani beragama, tetap patuh menjalankan ajaran agama yang dianut dan menghargai ibadah yang dilakukan orang berbeda agama sehingga bisa hidup rukun dan damai.

Bapak toleransi Indonesia Gus Dur (Abdurahman Wahid) mengatakan, semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin tinggi rasa toleransinya. Selain itu, juga pernah mengungkapkan jika,"Tidak penting apa pun agama dan sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuaitu yang baik kepada semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu."

Belajar toleransi juga dapat diperoleh anak dari ibunya. Selain juga dari ayahnya, keluarganya, lingkungannya dan pendidikannya. Menurut pemberitaan media, kasus intoleransi hingga kini masih ada di negara tercinta Indonesia.

Namun, contoh toleransi di masyarakat juga cukup banyak, seperti pembagian takjil berbuka puasa. Ada juga kejutan tumpeng natal siswa muslim untuk anak nasrani di kota Madiun (Kompas.com 21 Desember 2019)

2. Kejujuran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun