Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Daripada Sedekah di Jalan, Lebih Baik di 5 Tempat Terpercaya Ini

14 Mei 2019   23:03 Diperbarui: 14 Mei 2019   23:07 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda larangan mengemis dan memberi uang kepada pengemis (dok.windhu)

Kami baru sampai di depan makam bapak untuk berziarah sebelum ramadan, ketika tiga anak laki-laki tanggung mulai beraksi. Gunting kecil dipegang dua orang untuk mengguntingi rumput-rumput liar yang sebenarnya hanya satu dua tumbuh di atas makam. Satunya lagi, sibuk menyapu-nyapu area makam yang daunnya jatuh di depan makam hanya beberapa.

Mereka tak beranjak saat diminta pergi. Cuek saja tetap berdiri, sedangkan di depan makam bapak, keluarga yang berkumpul akan mulai berdoa. Saya  dan yang lain mulai risih. Tiba-tiba kakak mengeluarkan selembar uang dengan nominal cukup besar, yang langsung diambil salah satu dari bocah tanggung tersebut.

"Sana bagi-bagi," ujar kakak. Ketiganya langsung bubar setelah diberi uang.  Ekor mata saya menangkap, mereka berlari ke arah sebuah makam lain yang baru saja didatangi oleh keuarganya untuk berziarah di TPU Jakarta itu.

Setelah mereka pergi, kami baru bisa tenang berdoa. Meski, saya  agak menyayangkan juga besarnya jumlah uang yang diberi kakak dengan aksi bersih-bersih makam yang sebenarnya tak lain adalah aksi untuk meminta uang.  Kakak menenangkan, anggaplah sebagai sedekah.  Kami  kemudian tak membahasnya lagi.

Para pengemis di Pasar Baru (gambar.tempo.co)
Para pengemis di Pasar Baru (gambar.tempo.co)

Sedekah di Jalan,  Untuk Siapa?

Masih teringat, saat dulu masih sering naik bus kota PPD jurusan Depok (sekarang tidak ada). Saat saya berangkat pagi hari, ada dua perempuan muda berkerudung yang menyorongkan kotak amal setelah berceramah panjang lebar di depan seluruh penumpang bis. 

 Anehnya bila kebetulan naik bus itu saat malam hari, saking seringnya, saya mulai mengenali jika dua perempuan yang sedang mengamen dengan rambut terurai dan berpakaian ketat adalah sama dengan yang saya temui di bus yang sama kala pagi hari.

Di ibukota seperti Jakarta, aksi meminta uang di jalan cukup beragam. Dari yang tanpa ragu  menengadahkan tangan di jalan, duduk di pinggir jalan atau di jembatan penyeberangan dengan baskom untuk tempat uang, menggunakan ondel-ondel dengan menyorongkan baskom ke setiap orang lewat.

Ada juga yang  bernyanyi hanya bermodal suara dan tepukan tangan, hingga dengan cara ala penceramah dan berteriak pentingnya bersedekah. "Uang seribu atau dua ribu, tidak akan membuat Anda jatuh miskin," lantang dan menebarkan hawa ancaman.  

Saat ramadan, jumlah pengemis bisa bertambah banyak lagi. Tidak perempuan, tidak laki-laki yang memanfaatkan momen bulan ramadan, yang disebut-sebut sebagai bulan sedekah.

Ada ibu menggendong bayi, anak-anak kecil dengan masing-masing memegang baskom, yang akan kembali ke perempuan yang menunggu tak jauh dari mereka. Sejak menjelang ramadan, jumlah orang yang meminta sedekah ini semakin banyak,  tak terkecuali di TPU. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun