Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kawanku, Ini Kisah Disabilitas...

3 Desember 2015   14:23 Diperbarui: 3 Desember 2015   21:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

INGINNYA... Ketikan tulisan tangan kawan saya satu ini dalam pesan singkat kini semakin tertata. Saya tersenyum membaca pesan itu. Satu setengah tahun lalu, saat mengirimkan pesan singkat terkadang ada beberapa huruf yang tertinggal. Adaptasi penggunaan maksimal tubuh bagian kanan membuatnya perlahan terbiasa.

Stroke yang menyerang pada usia produktif, menjelang usia 39 tahun sempat mengguncang dan membuat tak percaya. Tubuh Sandi, kawan saya ini memang cukup gempal, perut agak buncit. Meski begitu, sama sekali tak pernah mengira akan terserang stroke, penyakit yang membuat kelumpuhan dan kecacatan dalam usia semuda itu.

 Semua itu terjadi begitu cepat. Keinginan berolahraga pagi di acara Car Free Day (CFD) di  bundaran Hotel Indonesia (HI) kala itu berubah menjadi mimpi buruk yang harus diterima sebagai sebuah kenyataan dan catatan yang selalu dikenang.

Saat mengikuti mengikuti gerakan aerobik dari pemandu di depan barisan awalnya lancar. Gerakan aktif yang cukup melelahkan itu bisa diikutinya. Tiba-tiba saja dia merasa tak mampu mengangkat lengan kanannya. Sedetik kemudian dia terjatuh. Tak berapa lama, tubuhnya langsung dibawa ke rumah sakit terdekat di Jl. Jendral Sudirman.

Pecahnya pembuluh darah di bagian kepala telah membuat tubuhnya menjadi lumpuh separuh badan. Stroke akibat hipertensi. Tidak ada kendali atas tubuh bagian kanannya. Menggeser tubuh pun tak mampu sendiri. Kawan saya sempat menganggap dirinya tak ubahya seperti bayi yang menggunakan pampers, buang air kecil, buang air besar, dan mandi harus di atas tempat tidur.

”Saya tahu sekarang kenapa orang yang terkena penyakit seperti ini, rasanya ingin cepat mati," keluh kawan saya mengejutkan saat dia berada di atas kursi roda. Ucapannya saat itu sempat menimbulkan rasa marah, sedih, dan kecewa bagi yang mendengar dan telah membantunya. Dalam keadaan apa pun, setiap orang harus mampu bersyukur.

Untunglah hal itu hanya penyangkalan sementara. Kawan saya tetap berusaha menjalankan shalat lima waktu dengan bertayamum dan berupaya membaca Al Quran.

Perlahan dan pasti, kawan saya mampu melihat dari sisi yang berbeda. Sisi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya saat masih memiliki tubuh sehat dan bisa lincah menggunakan sepeda motor ke beberapa lokasi dalam sehari.

"Allah itu selalu semangat memberikan Kebaikan kepada umat manusia yang pantas menerimanya. Masa sebagai manusia tidak semangat menerima kebaikan-Nya. Malah sering tidak semangat menyikapi hidup," tuturnya kini.

Perkembangan kesehatannya semakin membaik. Terapi rutin telah membuatnya berhasil lepas dari kursi roda. Alat bantu berdiri dan berjalan juga tidak digunakan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun