Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yangon, Pagoda, Longyi dan Bogyoke Market

8 Mei 2018   03:52 Diperbarui: 8 Mei 2018   05:36 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memakai Longyi di Sule Pagoda (dok. pribadi)

Dari Kualalumpur perjalananku dilanjutkan ke Myanmar. Negara yang mendapat julukan The Golden Land. Myanmar berbatasan dengan Thailand dan Laos. Berikut ini pengalamanku selama berada di Myanmar khususnya di Yangon.

Minggu, 21 Januari 2018 karena pesawat AirAsia mengalami delay, akhirnya tiba di Yangon malam hari. Tiba di airport, kemudian antri di imigrasi. Masuk ke Yangon tidak memerlukan visa. Setelah selesai dengan urusan imigrasi, aku berjalan keluar dan disambut dengan kata Min Ga Lar Ba dari beberapa supir taxi. Disebabkan ongkos taxi sangat mahal menuju Hostel Latha yakni ( 10.000 Kyatt = 8 USD) aku mencoba mencari grab, karena melihatku sendiri, dua orang cewek bule kenalanku mengajakku bergabung, sehingga aku mendapatkan tariff murah ke hostel Latha yakni 3 Dollar + 3000 Kyatt, yah ujung-ujungnya sekitar 6 USD.

Senin, 22 Januari 2018 hari pertama di Yangon, aku mengunjungi Sule Pagoda. Berbekal peta dari hostel aku pun langsung ke pagoda ini dengan berjalan kaki. Tiba  di depan pagoda, aku harus membeli tiket masuk seharga 4000kyatt/orang. Petugas loket kemudian memberiku tissue basah dan menganjurkanku memasukkan alas kakiku di dalam tas.  Masuk ke dalam pagoda ini harus melepaskan alas kaki, bahkan kaos kaki pun tak boleh. Atas kebaikan petugasnya, aku dipinjami longyi. Itu loh sarung khas Myanmar.

Pagi itu, ternyata pagoda ini sangat ramai. Tampaklah beberapa orang yang sebelum berangkat kerja singgah di pagoda ini untuk sembahyang. Mereka tampak duduk bersimpuh menghadap pagoda dan memanjatkan serta melantunkan doa pujian-pujian.

 Setelah cukup mengelilingi pagoda ini, aku pun menuju Independent Monument of Myanmar. Lokasi tepat di seberang sule pagoda.  Monument ini terletak di tengah taman rumput yang luas. Banyak pemuda dan pemudi serta wisatawan yang sedang duduk di taman ini. Banyak juga pedagang yang menjajakan postcard. 

Independent Monument of Myanmar (dok. pribadi)
Independent Monument of Myanmar (dok. pribadi)
Di depan Independent Monumet of Myanmar terdapat city hall. Saat ini digunakan sebagai kantor pemerintahan. Bangunan berwarna  cat putih dengan arsitektur kolonialnya dan ditambah dengan ornament Burma. Dari hasil googling, gedung ini didesain oleh orang asli Burma yakni U Tin dan pembangunannya selama 10 tahun.  

City Hall (dok. pribadi)
City Hall (dok. pribadi)
Dari city hall, masih berjalan kaki aku pun menuju gereja Katedral Katholik. Bangunan gereja hampir sama dengan gereja katedral di Indonesia yakni dua menara kerucut di bagian atap gereja. Disebabkan kedatanganku hari senin sehingga aku tidak bisa masuk dan melihat-lihat bagian dalam gereja.

Gereja Kathedral Katholik (dok. pribadi)
Gereja Kathedral Katholik (dok. pribadi)
Dari gereja katedral katedral, aku berjalan lagi menuju Telegram Office Yangon. Bangunannya berwarna merah dan merupakan peninggalan dari Britania Raya yang sampai saat ini masih berfungsi. Di kantor ini aku duduk, mengamati aktivitas masyarakat yang masih memanfaatkan kantor ini untuk berkirim barang ke kota lain di Myanmar.

Telegram Office Yangon (dok. pribadi)
Telegram Office Yangon (dok. pribadi)
Sore hari, atas saran penjaga hostel aku pun mengunjungi Shwedagon Pagoda. Pagoda ini merupakan pagoda terbesar yang ada di Yangon. Harga tiket masuk yakni 10000 Kyatt/orang. Masuk ke pagoda ini harus melewati x-ray udah seperti di airport aja. Setiap pengunjung baik itu laki-laki dan perempuan wajib mengenakan pakaian tertutup dan tetap wajib melepaskan alas kaki. 

Ough iya masuk ke pagoda ini aku tidak membeli karcis. Penyebabnya duit yang aku bawa hanya 7500 kyatt. Di pagoda ini terdapat money changer, petugas di pagoda mengantarku ke money changer. Sampai di money changer petugas tersebut pergi, aku pun pergi juga untuk mengelilingi pagoda ini.

Aku sempat berbincang-bincang dengan petugas lainnya, menurut dia pagoda ini dilapisi kilogram emas, ada lonceng emas jumlahnya sekitar 3154, ada juga batu mulia dan intan loh. Salah satu penyebab dilakukan penjagaan yang ketat di pagoda ini. Dia juga menambahkan jika di pagoda ini banyak harta karun yang menjadi incaran pencuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun