Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

40 Hari Keliling Sumatera

15 Maret 2016   11:11 Diperbarui: 15 Maret 2016   11:47 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ide untuk melakukan 40 Hari Keliling Sumatera pertama kali yakni pada tahun 2011. Saat itu seniorku Kak Idol, memberiku buku yang berjudul 30 Hari Keliling Sumatera yang  ditulls oleh Ary A. Dia juga sempat melontarkan kalimat “Ndoltz pasti kamu bisa juga melakukan ini”. Saat itu aku hanya menatapnya dan berkata, “Sepertinya tidak bisa kak!’’. Kala itu Kak Idol hanya berpesan, “Jika suatu hari nanti kamu melakukannya jangan 30 hari,”. Saat itu aku hanya menganggapnya angin lalu saja.

 
Januari 2014, aku melakukan perjalanan 11 Hari di Barat Nusantara (Medan, Aceh dan Sabang). Februari 2015 aku hampir melakukan 40 Hari Keliling Sumatera tetapi karena satu hal, perjalanan tersebut tertunda. Aku hanya melakukan perjalanan ke Belitung selama sepekan sebagai syukuran setelah sidang magister di TL ITB.

 
Saat mengikuti workshop, salah seorang pemateri bertanya kepadaku, “ketika *Prakarsa selesai apa yang akan kamu lakukan?’. Aku langsung menjawab, “Ingin melakukan perjalanan 40 Hari Keliling Sumatera seorang diri,’’. Pemateri itu terlonjak, “Cita-cita setahun ke depan, keren habis!’. Keliling Sumatera dalam 40 Hari backpackingan! Top! Good Luck.’’

 
Rencana perjalanan aku susun sejak bulan November 2015, di pulau Enggano. Keberangkatan awal 1 Januari 2016 tetapi karena sesuatu dan lain hal tertunda, hingga dapat diwujudkan pada 3 Januari 2016.

 
Hari itu, Ahad 3 Januari 2016, aku memulai perjalananku dari Tebet. Aku ingat saat itu aku dilepas oleh Hartono, Subhan Usman dan Cindung. Subhan Usman berkata, “Semoga sukses yah Ndoltz!’. Dari stasiun Tebet, aku menumpang commuter line menuju stasiun Tanah Abang. Kemudian menaiki KA jurusan Tanah Abang - Merak. KA yang seharusnya berangkat pukul 22.30 WIB, ternyata terlambat hingga pukul 23.30 WIB. Tiba di KA langsung tidur. Ongkos KA yakni Rp. 30.000,-/orang.

Senin, 4 Januari 2016 pukul 04.00 WIB. Aku tiba di Pelabuhan Merak. Aku membeli tiket dengan harga Rp. 14.500,-. Waktu tempuh Merak-Bakauheni sekitar 2 jam. Dari pelabuhan Bakauheni, tujuan pertamaku adalah Menara Siger. Dari Pelabuhan Bakauheni ini dapat menggunakan ojek dengan tarif Rp. 5.000,- untuk sampai di menara ini. Menara tersebut terletak di atas bukit dengan ketinggian 110 MDPL. Provinsi Lampung menggunakan menara siger sebagai simbol hingga menjadi ikon pariwisata, seni budaya dan pendidikan. Siger adalah topi adat pengantin wanita Lampung.

 
Menara siger berupa bangunan berbentuk mahkota terdiri dari sembilan rangkaian yang melambangkan sembilan macam bahasa di Lampung. Menara siger berwarna kuning dan merah, mewakili warna dari topi adat pengantin  wanita. Bangunan ini juga berhiaskan ukiran corak kain tapis khas Lampung. 

[caption caption="Menara Siger (dok. pribadi)"][/caption]

Dari Kab. Lampung Selatan aku menuju Bandar Lampung. Sebelum melanjutkan perjalanan,  beristirahat di sekretariat Mapala Unila. Setelah itu, kemudian menuju kab. Pesawaran. Tujuanku sebenarnya ingin ke Pulau Pahawang. Apa daya sewa kapal, memerlukan duit yang banyak, maka kuputuskan ke pulau Mahitem saja. Di pulau ini terdapat menara dan rumah dinas AL, sayangnya tidak ditempati.  Pulau ini dijaga seorang bapak tua. Menurut beliau, di pulau ini tidak terdapat air tawar dan wc serta musolla. Bapak inilah yang membersihkan pulau ini. Tidak dikenakan biaya masuk ke pulau ini, tergantung keikhlasan pengunjung saja. Bagiku,  pulau ini layak dijadikan pulau wisata. Hanya menanti keseriusan pemerintah daerah atau investor untuk mengelola pulau Mahitem ini.

[caption caption="Pemandangan dari mercusuar yang ada di Pulau Mahitem (dok. pribadi"]

[/caption] 

Dari propinsi Lampung, tujuan selanjutnnya ke Sumatera Selatan. Perjalanan masih tetap menggunakan KA. Rabu, 6 Januari 2016 transportatie ini tetap mempertahankan keterlambatannya, jadwal keberangkatan KA Rajabasa tak sesuai dengan waktu yang seharusnya. Namun, ini bisa dipahami. Hal ini disebabkan karena pada malam hari ada longsor di salah satu jalur yang akan di lalui. KA yang seharusnya berangkat pukul 08.30 WIB, berangkat pukul 11.30 WIB. Aku baru tiba di Kota Mpek-Mpek, pada pukul 00.30 WIB (Kamis, 7 Januari 2016). Sebenarnya aku berniat tidur di Stasiun Kertapati tetapi karena kawanku Zulvan datang menjemput pukul 01.00 WIB. Aku pun luluh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun