Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Universe

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Otomatisasi Mendisrupsi Esensi Manusia sebagai Pekerja

6 Desember 2021   06:00 Diperbarui: 8 Desember 2021   14:05 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita adalah Homo faber, manusia sebagai pekerja. Sumber: gettyimages

Dalam penelitiannya, Clement S Bellet et al (2020) menemukan, produktivitas kerja meningkat 13% ketika pekerja merasa bahagia. Malahan, berdasarkan pendapatan domestik bruto (PDB), kontribusi pekerja di negara yang memiliki jam kerja lebih pendek cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja di negara yang memiliki jam kerja panjang (Robert C Feenstra et al, 2015).

Jam kerja yang panjang memperburuk kesehatan mental. Sumber: gettyimages
Jam kerja yang panjang memperburuk kesehatan mental. Sumber: gettyimages

Hasil penelitian tersebut tentu saja mematahkan mitos: semakin panjang jam kerja, produktivitas kerja semakin tinggi. 

Jam kerja yang panjang bukan hanya membatasi kita untuk membagi waktu bersama keluarga tetapi juga berdampak buruk terhadap kesehatan.

Kaori Satoa et al (2020) melakukan penelitian tentang korelasi jam kerja yang panjang dan kesehatan mental. Mereka menyimpulkan bahwa jam kerja yang panjang memperburuk kesehatan mental.

Tidak mengherankan apabila 41% kaum milenial dan 46% generasi Z yang telah bekerja mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stres dan depresi (Deloitte, 2021).

Oleh karena itu, jam kerja yang pendek dengan upah yang baik adalah pilihan yang logis, bukan hanya untuk pekerja tetapi juga pengusaha dan pemerintah. 

Tentu, untuk mewujudkannya tidaklah mudah dan instan. Penyelesaiannya mesti dilakukan secara struktural, kultural dan tersistem. Namun, itu perlu diusahakan, bukan?

Bila tidak, maka kita perlu merenungkan 3 hal. Pertama, apa artinya bekerja keras bila kesehatan menurun? Kedua, adakah artinya karir cemerlang jika waktu bersama anak/istri/suami sangat minim? Dan terakhir, apa arti semua pencapaian bila kita tidak bahagia?

Kita Bukanlah Mesin

Pertanyaan di atas memang klise dan terkesan ideal. Tetapi, bukankah itu yang membedakan kita sebagai manusia pekerja dengan mesin cerdas/robot? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun