Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melihat Kehilangan

23 Maret 2023   19:00 Diperbarui: 23 Maret 2023   19:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Buncit perut ibuku karena mengandung, tidak seperti bapak yang selalu menghabiskan sisa makanan ketika lapar merundung. Keduanya seperti karapan sapi.

Kedatangan cahaya matahari pagi di depan pintu rumahku masih menjadi misteri. Juga tumbangnya pohon kelapa dikebun belakang yang menjadi atensi. Satu persatu pertanyaan lahir dari dalam lidah mereka~satu di antaranya mengatakan: "Hai bocah. Berikan aku wadah untuk meluapkan amarah."

Jenjang waktu tidak dapat di ukur. Sulit menemukan jawaban jika kebodohan mengukir di sebuah batu yang keras kepala.
Sia-siakah, berjalan menaiki anak tangga lalu menjatuhkan diri melalui jendela kaca.
Serpihan, ataukah puing-puing yang berserakan jika aku harus memungut pecahannya.

Apakah ada manusia berbuat dosa di pagi hari? Karena tak ada anggapan yang suci saat senja dilahirkan.

Jangan butakan matamu, kemungkinan airmata tidak akan lagi tiris dikeduanya. Masih ada pelangi untuk kau nikmati tanpa basa-basi.

Lihat. Apa yang kucuri dari dalam lemari pakaianmu. Apakah kau akan merasa kehilangan?

Baca juga: Ruang Beku

Baca juga: Kau Bunga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun