Isi kepalanya lalulalang. Jalan setapak menuju harapan dibakar terik yang apinya belum menyala. Perih menari, menanggalkan bait-bait patah di sepanjang jalan Setya Budi. Tempat terakhir dua pasang mata yang terbiasa berbagi cahaya, meledakkan bohlamnya.
Hari itu turun tuba di langit yang belum jingga. Kecipaknya basah di tubuh mereka yang tak ingin saling melepas. Namun, matahari yang belum berhenti menghitung detiknya, menyalakan alarm untuk segera pulang pada rumah yang berbeda, meski satu arah.
"Apakah kata entah mampu menulis kisah?"
Para bidadari meludah di perempatan jalan itu. Mengutuk luka-luka menjadi lampu merah di perempatan berikutnya. Agar mereka berhenti bermimpi, agar mereka mampu membuat titik dari panjangnya cerita yang sudah dapat diterka akhirnya, bukan akhir bahagia.
Bandung, 20 Oktober 2021