Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Jalan Setiabudi

20 Oktober 2021   10:30 Diperbarui: 20 Oktober 2021   10:32 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Isi kepalanya lalulalang. Jalan setapak menuju harapan dibakar terik yang apinya belum menyala. Perih menari, menanggalkan bait-bait patah di sepanjang jalan Setya Budi. Tempat terakhir dua pasang mata yang terbiasa berbagi cahaya, meledakkan bohlamnya.

Hari itu turun tuba di langit yang belum jingga. Kecipaknya basah di tubuh mereka yang tak ingin saling melepas. Namun, matahari yang belum berhenti menghitung detiknya, menyalakan alarm untuk segera pulang pada rumah yang berbeda, meski satu arah.

"Apakah kata entah mampu menulis kisah?"

Para bidadari meludah di perempatan jalan itu. Mengutuk luka-luka menjadi lampu merah di perempatan berikutnya. Agar mereka berhenti bermimpi, agar mereka mampu membuat titik dari panjangnya cerita yang sudah dapat diterka akhirnya, bukan akhir bahagia.

Bandung, 20 Oktober 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun