Mohon tunggu...
Riandini Permata Haslindra
Riandini Permata Haslindra Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswi Universitas Sriwijaya

International Relation '19

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Negara dan Realisme

13 Maret 2020   19:12 Diperbarui: 10 April 2020   20:07 1460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Negara adalah sekumpulan manusia yang hidup, bekerja sama untuk memenuhi keinginan masing-masing. Negara bisa juga berarti masyarakat yang memiliki kewenangan yang bersifat memaksa untuk mengatur juga mengendalikan persoalan bersama atas nama rakyat. Negara memilki kuasa dibandingkan sekelompok individu yang menempatinya atau biasa disebut dengan masyarakat. Sekumpulan masyarakat ini menempati negara dengan dikelola atau diatur oleh seorang pemimpin yang menetapkan sistem maupun aturan yang wajib dipatuhi oleh tiap masyarakatnya.

Realisme adalah salah satu paradigma atau perspektif dalam ilmu Hubungan Internasional yang muncul sejak Perang Peloponnesian bahkan sebelumnya. Kemudian muncul paham lain tetapi realisme tak hilang dan tetap melekat pada bangsa-bangsa lain. Pasca Perang Dunia II saat penengahan perang menggunakan perspektif liberal, dimana Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang dibentuk tidak efektif menjamin perdamaian dunia, para penganut paham Realisme mengkritik para liberalis. 

Penganut paham Realisme tak sepaham para Liberalis dimana mereka menganggap para Liberalis terlalu mengedepankan kesejahteraan, tak berkutat pada power, dan tiap negara pasti bertujuan sama, dengan semangat bahwa perang dapat dihindari tanpa memikirkan sikap egois yang ada dalam diri manusia.

Sifat alamiah manusia yang egois akan menyebabkan negara akan berperilaku untuk cenderung mencari kekuasaan. Ditambah rasa takut, tidak mudah percaya dengan yang lain, dan percaya bahwa negara dapat "sembuh sendiri" menyebabkan para penganut paham Realisme tidak mudah bergantung dengan negara lain. Mereka akan selalu berusaha bertahan dalam security dilemma,  dimana negara tidak akan tahu pihak mana yang dapat dipercaya dan mana yang tidak, juga akan selalu memperkuat diri (Istiqomah, 2018).

Realisme selalu memandang kepada apa yang terjadi sesungguhnya, pada apa yang ada, bukan kepada apa yang seharusnya terjadi. Konflik tidak dapat dihindari karena sikap-sikap manusia yang keras, dan masyarakat lebih memilih untuk berpegangan pada negara yang independen dan berdaulat tanpa harus menghormati otoritas di atas negaranya. Kaum realis tidak begitu yakin dengan pemikiran manusia untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi (Asrudin, 2014).

Negara yang Liberalis sekalipun pada dasarnya pasti memiliki sikap Realis. Dapat dilihat dari sikap-sikap manusianya yang egois, keras, tidak mudah percaya, dan takut semakin menguatkan bahwa Realis ada pada diri masing-masing. Sikap-sikap masyarakat tersebut akan mendorong sifat negara yang sama pula. Sebaik apapun tujuan yang dimiliki negara lain, pastilah ada maksud tersembunyi dibalik itu semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun