Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

FOMO, Karakter Siswa, dan Identitas Muslim

3 Februari 2025   22:58 Diperbarui: 3 Februari 2025   23:06 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bebaskan diri FOMO gimana caranya : Foto UMSIDa. ac.id

FOMO

FOMO singkatan dari "Fear of Missing Out", yang berarti rasa takut ketinggalan sesuatu. Ini adalah perasaan cemas, malu, gengsi, atau gelisah ketika seseorang merasa kehilangan pengalaman, tren, atau kesempatan yang sedang berlangsung, terutama yang dilihat di media sosial.

Misalnya, seseorang bisa merasa FOMO saat melihat teman-temannya berkumpul di suatu acara tanpa dirinya atau ketika ada tren baru yang banyak dibicarakan, tapi dia belum ikut serta. Fenomena ini sering dikaitkan dengan kecanduan media sosial dan bisa mempengaruhi kesehatan mental jika berlebihan.

Karakter Siswa: Fenomena Remaja Joget di Instagram karena FOMO: Antara Ekspresi dan Tekanan Sosial

Di era digital, media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Salah satu tren yang marak saat ini adalah video berjoget di platform seperti Instagram dan TikTok. Banyak remaja yang ikut serta bukan hanya karena kesenangan, tetapi juga karena Fear of Missing Out (FOMO)—rasa takut ketinggalan tren yang membuat mereka terdorong untuk mengikuti apa yang sedang viral.

Mengapa Remaja Bangga Mengikuti Tren Joget di Media Sosial?

Pertama, Remaja Mengalami Tekanan Sosial dan Ingin Diakui

Remaja berada dalam fase mencari identitas dan ingin diterima oleh kelompoknya. Mereka pun bikin geng dengan anggota minimal 3 orang. Jika teman-teman mereka aktif membuat konten joget dan mendapatkan banyak likes, mereka pun merasa harus melakukan hal yang sama agar tetap dianggap eksis. "Janga mau kalah!" Inilah slogan mereka.

Kedua, Pengaruh Algoritma dan Viralitas

Media sosial dirancang untuk menampilkan konten-konten populer. Membuat video joget tentu mudah pilar mudah viral. Ketika seorang remaja melihat bahwa konten seperti ini mendapatkan banyak perhatian, mereka terdorong untuk ikut serta demi mendapatkan validasi yang sama. Tenar dan banyak viewers harapan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun