Mohon tunggu...
Rian Andini
Rian Andini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Emak Blogger

rianandini999.blogspot.com resensiriri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Pihu", Gambaran Imbas Pertengkaran Rumah Tangga pada Anak

3 Februari 2019   08:00 Diperbarui: 3 Februari 2019   15:34 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : media.sfnbd.net

Pihu, film India bertemakan keluarga ini memang sedang hits banget di kalangan ibu-ibu. Saya tahu film ini dari review teman yang juga sesama emak blogger. 

Film ini menggambarkan secara singkat dampak dari pertengkaran rumah tangga pada anak. Secara sadar atau tidak, pertengkaran di dalam rumah memiliki imbas yang besar pada sisi psikis pasutri dan harus segera diselesaikan dengan baik oleh kedua belah pihak. 

Kalau tidak, emosi negatif itu akan menggunung, kemudian membuncah dan meledak bagaikan bom waktu. Bentuk bom waktunya bisa berbagai macam dan salah satunya bunuh diri.

Sinopsis

Film ini diawali oleh gambaran pertengkaran rumah tangga yang ujung-ujungnya membuat sang ibu, Puja, nekat membunuh dirinya sendiri. Suaminya yang sudah pergi dinas kerja meninggalkan bocah balita berumur 2 tahun di rumah, tanpa mengetahui bahwa istrinya sudah meninggal. 

Pihu si bocah balita, yang kala itu belum mengetahui konsep kematian menganggap bahwa ibunya sedang tidur. Di sinilah letak menariknya dari film ini, di mana Pihu melakukan rutinitas hariannya sendiri. 

Adegan yang menegangkan tentu saja saat ia mencoba memanggang roti sendiri di kompor gas. Sebagai emak-emak, saya ikut merasa ngilu saat menonton adegan ini. 

Perihal yang membuat film ini bisa terasa sangat pedih buat saya ialah keterangan bahwa ini film ini diangkat dari kisah nyata. Hiks, rasanya saya tambah mewek, betapa kita sebagai orang tua kadang suka mengikuti ego diri sendiri dan lupa dengan buah hati.

Kisah Horor ala Balita

Walaupun tokoh utamanya hanyalah bocah balita yang terkunci di dalam rumah, Pihu berhasil menampilkan sisi horornya dengan cara yang tak biasa. Sewajarnya kan, hal horor itu berkaitan dengan kekerasan, darah yang berceceran, atau hantu gentayangan. Tapi, Pihu mendobrak definisi horor dengan menunjukkan ada banyak hal horor yang bisa terjadi di dalam rumah tangga. 

Rumah Tangga yang Tak Sehat

Saya pernah menonton video curhatan Raditya Dika di kanal Youtube-nya Boy William tentang tantangan umum yang terjadi di dalam rumah tangga. Menurut dia, masalah dalam rumah tangga akan dimulai ketika salah satu pasangan merasa lebih berkuasa. Di dalam film ini, terlihat bahwa tokoh suami Puja sering memaki, bahkan melakukan kekerasan fisik terhadapnya. 

Saya juga seorang ibu dan semua emak-emak pasti tahu rasanya seharian melakukan pekerjaan rumah tangga plus jagain anak. Inginnya sih, begitu suami pulang kita dihujani sweet talk seperti waktu masih pacaran dulu. 

Tapi, ternyata suami yang pulang juga sama-sama membawa fisik dan mental yang juga lelah. Kalau sudah begini sih,  komunikasi yang jelas jadi hal penting yang mesti didahulukan.

Anak sebagai Korban

Ada tulisan yang menarik terkait review film ini di blog teman saya. Ia menyatakan seharusnya Puja mempersiapkan lingkungan yang aman untuk anaknya sebelum bunuh diri, seperti mencabut aliran listrik, mencabut saluran gas, dan menyiapkan makanan. Tapi kalau seperti itu, maka filmnya jadi tidak ada kan ya? Ia menuliskan kalimat bantahan untuk gagasannya sendiri.

Pembahasan mengenai kekerasan rumah tangga di Indonesia masih jadi semacam aib keluarga. Banyak pihak memilih diam dan bertahan saat mengalaminya. Jelas ini perlu dikoreksi. 

Di Indonesia banyak kok pihak yang akan memberikan perlindungan kepada para korban kekerasan semacam ini. Ada Komnas Perempuan dan juga akan ada RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang sedang jadi pembahasan. 

Jadi yuk, turut melek dengan lingkungan sekitar dan tak lagi mengagap bahwa kekerasan rumah tangga adalah ranah pribadi yang tak perlu dicampuri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun