Mohon tunggu...
Rian Andini
Rian Andini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Emak Blogger

rianandini999.blogspot.com resensiriri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Resensi Novel Pulang Leila S Chudori, Pemenanglah yang Akan Menulis Sejarah

11 Oktober 2018   10:29 Diperbarui: 11 Oktober 2018   11:08 1897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat menikmati bulan Oktober, teman-teman. Awal bulan yang sempat dipenuhi dengan kebimbangan, apakah memutuskan mau nobar (nonton bareng) film G30S PKI atau nonton wajah ganteng mas Nicholas Saputra di film "Aruna dan Lidahnya". 

Yang saya ingat mengenai peristiwa G30S PKI di dalam buku pelajaran sejarah, ialah kekejaman tiada tara tentang segolongan orang yang berniat mengganti ideologi negara. Namun, setelah menjadi tua dan menemukan novel ini, ternyata begitu banyak luka, bukan hanya yang disebabkan para komunis, tapi juga oleh 'para pahlawannya'.

Pesona utama novel ini ialah mengupas beberapa fakta sejarah yang tidak digemborkan dalam buku sejarah di sekolah. Saya menyesal sekali karena memerlukan waktu hampir 5 tahun untuk merampungkan buku sebagus ini.  Dengan latar sejarah tahun 1965, tepat pada saat peristiwa berdarah pengkhianatan Partai Komunis Indonesia, Leila dengan piawai berhasil membawa pembacanya ikut merasa berdebar ketika tokoh utama, Dimas Suryo,  sedang mengalami pengejaran atas tuduhan komunis yang menjeratnya.

Namun, bukan hanya itu yang membuat buku ini begitu manis sekaligus magis. Leila juga menuliskan sudut pandang berbeda dalam sejarah paling berdarah yang terjadi di Indonesia 53 tahun yang lalu.

Peristiwa G30S PKI di dalam Novel "Pulang"

Dalam buku ini, pihak korban yang menjadi tokoh utama ialah para terduga komunis. Mereka mengalami berbagai pelanggaran hak asasi, kehilangan status kewarganegaraan, sampai pada pelecehan seksual yang dilakukan aparat pemerintah saat melakukan interogasi. Di akhir bukunya, Leila menuliskan bahwa ia melakukan sejumlah wawancara terhadap beberapa eksil politik dan eks tapol (tahanan politik) saat menulis buku ini, jadi kemungkinan besar ada banyak fakta di balik status buku ini sebagai fiksi.

Secara singkat novel ini menceritakan tentang tokoh bernama Dimas, seorang eksil politik yang terpaksa mengembara ke berbagai negara karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia kala itu. Hal yang menarik ialah tokoh Dimas yang digambarkan memiliki tendensi politik netral. Ia bergaul dengan banyak simpatisan komunis, namun ia juga sering berdiskusi dengan tokoh lajur kanan. Walaupun begitu, ia dan keturunannya tetap terkena imbas atas tuduhan komunis yang seolah menempel permanen di wajahnya.

Tabiat Birokrat yang Mesti Diubah

Selain mengungkap sisi lain dari peristiwa G30S PKI, Leila juga mengungkapkan tabiat buruk birokrat tingkat atas yang suka menggemborkan kemewahan di atas penderitaan rakyat.

Tentu teman-teman masih mengingat kejadian istri jendral yang menampar petugas bandara tempo hari. Yap, itu bisa jadi salah satu contoh tabiat buruk birokrat yang sering merasa jadi tuan tanah. Padahal visi misi pemerintahan ialah pelayanan kepada rakyat, tapi itu sama sekali tak tercermin dari para pejabat di negeri kita tercinta.

Anime "Servant X Service" mungkin bisa menunjukkan sedikit gambaran pegawai negeri ideal yang sangat berdedikasi terhadap pelayanan masyarakat. Saya mendadak ingat pada petugas Puskesmas dekat rumah yang mukanya judes dan kata-katanya selalu pahit, sepahit kena omelan istri di pagi hari.

Saya kira ibu-ibu yang berkunjung  ke Puskesmas tak pernah menuntut petugas ganteng macam Adipati Dolken. Cukup tunjukkan sopan santun standar agar kami bisa nyaman saat menggunakan hak kesehatan gratis yang sudah disediakan pemerintah.

Kritik untuk Novel "Pulang"

Ada hal menarik saat saya menuliskan resensi novel ini di Instagram. Ada salah satu netizen yang berkomentar ,"Saya gak suka dengan tipikal pemuda pergerakan di buku-buku: selalu merokok, sok nyastra, hobi bercinta, dan pilihan musiknya cuman The Beatles atau Joan Baez".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun