Mohon tunggu...
Rian Andini
Rian Andini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Emak Blogger

rianandini999.blogspot.com resensiriri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Indonesia Darurat Stunting, Masak Sih?

27 September 2018   21:34 Diperbarui: 27 September 2018   22:32 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya, selaku orang pendek, saya selalu mengira bahwa pendek adalah sebuah anugerah. Silakan cari saja di google, ada banyak artikel yang mengulas keuntungan bertubuh pendek, diantaranya selalu dikira muda, mudah mencari pacar, terlihat lebih langsing, dan hidup dengan umur yang lebih panjang.

Ada lagi cerita dari teman saya yang sedang mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika. Umurnya saat itu adalah 17 tahun namun dikira 10 tahun. Dari segi fisik ia memang kalah jauh dari saudara angkatnya yang baru berumur 14 tahun. Terbukti, orang pendek selalu terlihat imut.

Namun ternyata pendek itu tak selamanya bagus. Meski terkesan imut, pendek alias kerdil alias stunting, adalah salah satu ciri tak tercukupinya gizi selama masa pertumbuhan emas, yakni 0-2 tahun. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan, apalagi stunting juga pertanda adanya kemungkinan perkembangan otak yang tak optimal.  

Parahnya, negara Indonesia adalah negara yang memiliki angka stunting ke-4 tertinggi di dunia, yang berarti sekitar 9 juta anak balita Indonesia mengalami stunting.

Apa sih stunting itu?

sehatnegeriku.kemkes.go.id
sehatnegeriku.kemkes.go.id
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita. Kondisi stunting umumnya baru bisa terlihat jika bayi sudah berumur dua tahun. Oleh karena itu, penting sekali untuk berkonsultasi perihal tumbuh kembang anak secara rutin pada petugas kesehatan melalui kegiatan Posyandu. 

Stunting adalah tanda dari kurangnya gizi dalam bentuk fisik. Jadi, bertubuh pendek belum pasti stunting.  Tidak berkembangnya otak secara maksimal, rentan terhadap berbagai penyakit, sehingga berujung pada turunnya produktivitas di usia kerja adalah hal mendasar dari stunting yang sangat ditakuti.  Secara luas, stunting juga turut menyumbang peran terhadap isu ketimpangan ekonomi, terhambatnya pertumbuhan ekonomi, dan produktivitas kerja yang tak optimal.

Stunting tidak hanya diderita keluarga yang tidak mampu. Sekitar 20% anak dari keluarga menengah ke atas pun menderita stunting. Jadi, jangan berhenti waspada ya, ibu-ibu. 

Penyebab Stunting

sehatnegeriku.kemkes.go.id
sehatnegeriku.kemkes.go.id
Stunting adalah imbas dari perpaduan faktor gizi buruk saat ibu sedang mengandung dan pola pengasuhan yang salah. Data tahun 2013 menyatakan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak   mendapatkan ASI ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Faktanya, MPASI memegang peranan penting untuk pembentukan sistem imunologis anak, menyokong gizi yang tak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan membentuk daya tahan tubuh.

Layanan kesehatan yang terbatas dan kurangnya antusiasme masyarakat dalam program Posyandu ikut melahirkan tingginya penderita stunting di Indonesia. Padahal program Posyandu adalah kaki-kaki pemerintah dalam menjamin kesehatan pada masyarakat akar rumput. Selain sebagai tempat pelayanan kesehatan balita dan ibu hamil, Posyandu juga menjadi tempat yang tepat untuk melakukan konsultasi tumbuh kembang anak secara gratis. Bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan jika berkonsultasi di dokter spesialis anak? 

Mahalnya harga makanan yang bergizi di Indonesia dan terbatasnya fasilitas sanitasi yang layak ikut memberi dampak pada kasus stunting. Data tahun 2013, makanan di Jakarta 93% lebih mahal ketimbang di New Delhi. Selain makanan, fasilitas sanitasi yang layak juga perlu mendapatkan perhatian pemerintah, karena Indonesia mendapatkan peringkat kedua setelah India dalam hal buang air besar di sembarang tempat. 

Stunting di Indonesia

sehatnegeriku.kemkes.go.id
sehatnegeriku.kemkes.go.id
Siap-siap ya, data kasus stunting di Indonesia yang akan disajikan sedikit mengejutkan. Dari 34 propinsi di Indonesia hanya dua propinsi yakni Yogyakarta dan Bali, yang memiliki presentase stunting di bawah 20%, yakni standar yang ditetapkan WHO. Selain itu, berdasarkan riset kesehatan dasar yang dilakukan Litbangdas Kemkes tahun 2016-2017, terdapat 1 dari 5 ibu hamil kurang gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein, 7 dari 10 Balita kurang kalori, serta 5 dari 10 Balita kurang protein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun