Mohon tunggu...
Rian Amaranto
Rian Amaranto Mohon Tunggu... Guru - Guru Informatika

Seorang guru dengan hobi menulis dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tangkal "Hoax" dengan Literasi"Digital"

10 November 2017   09:53 Diperbarui: 10 November 2017   10:16 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam peraturan presiden ini yang dimaksud Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Penguatan Pendidikan Karakter bertujuan : membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.

Guru sebagai bagian dari komponen masyarakat harus mampu memberikan figur yang bersifat membangun dalam menyikapi dampak negatif berita bohong atau hoax. Dalam hal ini, bersikap membangun dapat diartikan tidak memperkeruh suasana sehingga berita hoax dapat diredam dan tidak menjadi berita yang menambah keresahan di masyarakat. 

Netralitas sangat dibutuhkan dalam menyikapi hoax yang beredar di lingkungan masyarakat.Sikap demokratis lebih tepat dalam menempatkan diri saat berita hoaxmenjadi berita viral.Sehingga sangat dibutuhkan jiwa demokratis dalam meredam berita hoax yang beredar di lingkungan masyarakat. Pendidikan Anti Hoax dapat diberikan tidak hanya melalui pendidikan formal semata, namun dapat diimplementasikan melalui pendidikan informal maupun pendidikan nonformal. 

Keluarga sebagai pendidikan pertama sekaligus sebagai pendidikan informal bagi peserta didik sangat berperan penting dalam pendidikan anti hoax. Sebagai salah satu pilar pendidikan, keluarga beserta pola didiknya sangat berpengaruh terhadap pola perkembangan peserta didik. Sekolah sebagai pendidikan formal berperan dalam memantapkan pendidikan yang telah diberikan keluarga dengan didasari ilmu pengetahuan. Melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga mampu mencetak penerus bangsa yang berkarakter serta berbudi pekerti luhur.

Negara yang pluralisme dan rendahnya minat baca menyebabkan masyarakat kita mudah menjadi korban berita hoax. Oleh karenanya melembagakan budaya membaca salah satu alternative bagi kita untuk menangkal berita-berita hoax. Karena dengan membaca akan melatih kemampuan sesorang untuk menganalisa sebuah berita. Semakin banyak buku yang dibaca maka semakin berkembang pula kemapuannya dalam menganalis sebuah berita. Tentunya kemampuan menganalisa yang baik menjadikan orang bijaksana menanggapi berita sehingga tidak mudah terprovokasi. Lebihdari itu membaca adalah salah satu dinding untuk mencegah kebodohan dan sebagai jendela dunia.

Berdasarkan hasil survey "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada bulan Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Sedangkan berdasarkan survei UNESCO minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dalam seribu masyarakat hanyaada satu masyarakat yang memiliki minat baca.

Budaya literasi saat ini merupakan salah satu program pemerintah di ranah pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Literasi tidak sekedar melek baca saja namun bermakna komprehensif. Budaya baca bagi sebagian masyarakat merupakan hal yang sudah menjadi pemdapataan, namun tidak juga bagi kelompok masyarakat yang lain. 

Sebagian kecil masyarakat membaca merupakan kebutuhan. Jenis bacaan dapat berupa media cetak maupun media elektronik. Jenis bacaan media cetak dapat berupa koran, surat kabar, tabloid mapun majalah. Jenis bacaan media elektronik di era digital seperti saat ini merupakan hal yang dipandang lebih praktis dalam memperoleh informasi dengan cepat.

Kehadiran e-book memudahkan kita dalam membaca tanpa harus membawa setumpuk kertas, cukup dengan sebuah smartphone digenggaman kita dapat mengakses e-book melalui media dalam jaringan (daring) yaitu internet. Literasi tidak sebatas pada budaya baca namun meranah pada beberapa aspek, antara lain :

  1. Literasi Dasar, yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersepsikan informasi, mengkomunikasikan, serta menggambarkan informasi berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
  2. Literasi Perpustakaan, yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan literasi perpustakaan yang ada.
  3. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memahami penggunaan katalog dan pengindeks-an, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.
  4. Literasi Media, yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan. Literasi Teknologi , yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun