Sumber ilustrasi: putuputrayasa.com
Kita mengenal bahwa sebuah kegagalan adalah gerbang menuju kesuksesan dari manusia bernama Thomas Alva A. Â dengan cara yang luar biasa. Sosok yang mampu menjadikan kegagalan sebagai undakan menuju istana bernama keberhasilan. Karena itulah sekarang kita mengenal listrik.Â
Tidak perlu menilik kisah lain jika ingin menilai dan merasa sebuah kegagalan. Kegagalan justru kawan kita, yang kebanyakan menganggapnya sebuah kesialan yang rasanya menyesakan.
Saya pernah gagal, dan semua orang di sekitar saya juga. Meski cara menanggapinya tentu berbeda.
Masih hangat rasanya bulan kemarin pengumuman SBMPTN diumumkan. Pada hari itu tepatnya jam lima sore, ada dua kubu yang terbelah. Satu, para Bahagia yang lolos masuk Universitas dan sisanya yang tidak lolos. Dan jujur, saya kecewa karena masuk ke dalam kubu kedua.
Itu salah satu kegagalan terbesar saya di tahun 2018 ini.
Karena kegagalan itu, saya mendaftar di Universitas Swasta dan alhamdulilah lolos. Sementara banyak teman saya memilih tidak melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi karena tidak berani daftar di Universitas lagi--dengan kemungkinan gagal lagi.
Contoh di atas jelas menampilkan gambaran betapa sebuah kegagalan mampu mengobrak-abrik masa depan seseorang. Banyak di luaran sana orang-orang menjadi tidak semangat hidup karena sebuah kegagalan. Saya juga mungkin pernah mengalaminya.
Mental kami masih loyo. Kami sudah cukup kenyang membaca kisah-kisah inspiratif tentang sebuah kegagalan namun tidak mampu menerapkannya dalam dunia nyata.
Butuh energi besar untuk mendorong seseorang menggunakan sebuah kegagalan sebagai tiket menuju gerbang kesuksesan, yang energi itu tidak kami miliki.
"...Para pembuat gerabah berusaha untuk menandingi porselen China (mereka gagal, tetapi mereka menciptakan glasir yang berkilau dan berhias sangat indah..."