Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anak Kelas 3 SD di Gedangsari, Gunung Kidul Sudah Piawai "Pegang Canting"

10 Januari 2019   11:41 Diperbarui: 11 Januari 2019   11:52 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Membatik Tulis - gambar ilustrasi (Dokumentasi pribadi)

Pengembangan batik di Kecamatan Gedangsari dimulai semenjak ada bantuan, baik berupa dana maupun pelatihan pasca gempa Jogja tahun 2006 silam. Berbagai bantuan dari dalam maupun luar negeri berdatangan hingga mereka mendapatkan kesempatan untuk berkembang.

Tak hanya untuk orang tua, masa anak-anak pun diwarnai dengan pengembangan kerajinan batik dengan memasukkan pelatihan membatik di dalam kurikulum di sekolah-sekolah yang ada di kecamatan Gedangsari. Anak di bangku SD hingga SMP dibekali dengan prinsip dasar membatik serta pengembangannya, tak terkecuali SDN Tegalrejo. Jika ingin memperkuat skill-nya, mereka diarahkan untuk melanjutkan sekolah di SMK 2 Gedangsari, jurusan Tata Busana.

SMK 2 Gedangsari jurusan Tata Busana (Dokumentasi pribadi)
SMK 2 Gedangsari jurusan Tata Busana (Dokumentasi pribadi)
Nah, gedung SMK 2 Gedangsari ini ceritanya merupakan bantuan CSR dari perusahaan ASTRA yang bertujuan untuk meningkatkan SDM masyarakat yang ada di desa ini. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tak lantas menjadi alasan untuk tak bisa meningkatkan derajat perekonomian masyarakatnya.

Oleh karenanya, dimasukanlah kurikulum membatik mulai kelas 3 SD lalu dibangunlah SMK 2 Tata Busana dengan tujuan untuk memaksimal potensi batik lokal. Harapannya, masyarakat kelak tak hanya menjual batik dalam wujud kain lembaran, namun bisa memasarkannya dalam rupa pakaian jadi sehingga meningkatkan nilai dari karya seni tersebut.

Batik Kalimosodho, Saksi Perjuangan Sang Buruh hingga menjadi Pengusaha Sukses

Pengembangan batik tulis di Kecamatan Gedangsari ini memang berprogres dari waktu ke waktu. Tujuan dari berbagai CSR yang masuk sebenarnya bagus, yaitu memanfaatkan potensi SDM masyarakatnya untuk mengubah mental 'buruh' menjadi mental 'pengusaha'. Diceritakan bahwa masyarakat desa ini kurang memiliki greget untuk membangun bisnis sendiri.  

Tak dapat dipungkiri, masyarakat dengan kategori menengah ke bawah memang butuh uang. Jika menjadi buruh, gaji bisa diterima per hari atau per minggu, alias langsung dapat uang. Namun jika menjadi pengusaha, tentu di awal harus menginvestasikan segenap tenaga, waktu dan biaya untuk sebuah usaha dan hasilnya pun tak langsung dapat diterima dengan cepat. Namun, secara perekonomian, tentu seorang pengusaha memiliki masa depan yang lebih menjanjikan.

Batik Kalimosodho milik Surono (Dok.Pri)
Batik Kalimosodho milik Surono (Dok.Pri)
Beruntungnya saya bisa menyambangi sentra batik populer di Dusun Trembono, Tegalrejo, Gedangsari, Gunung Kidul. Batik Kalimosodho, salah satu hasil karya seseorang yang tak kenal menyerah dalam mengembangkan diri. Surono, Sang Owner, menceritakan pengalaman hidupnya mulai dari nol hingga ia memiliki beberapa usaha yang hampir semuanya bersinggungan dengan pelestarian budaya.

Sebuah lembaga yang dididirikan Jepang untuk membantu negara berkembang masuk ke area Tegalrejo pasca gempa Jogja 2006, rupanya telah memberi perubahan pada dirinya. Ia yang sebelumnya bekerja sebagai buruh batik, usai menerima bantuan alat-alat produksi membatik, akhirnya memberanikan diri untuk membuat usaha batik sendiri.

Penampakan Batik warna alam (Dok.Pri)
Penampakan Batik warna alam (Dok.Pri)
Kini usaha batik tulisnya sudah berkembang dan telah memenuhi pesanan dari berbagai kalangan. Para pelanggan diakuinya lebih tertarik dengan batik tulisnya, walau tak dipungkiri yang memesan batik cap juga ada, atau kombinasi keduanya.

Surono mempercantik produk batiknya dengan polesan warna alam, warna yang kebanyakan berwarna kalem dengan bahan daun indigo, buah jelawe serta kulit kayu dari tingi, tegeran, jambal dan secang. Selain membatik, laki-laki yang juga piawai menjadi dalang hajatan ini juga memproduksi topeng lukis serta gamelan yang sering dipesan oleh pihak-pihak tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun