Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Hear Art", Pesta Seni untuk Angkat Seniman Muda Jogja

31 Maret 2018   21:54 Diperbarui: 31 Maret 2018   23:47 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain indah dipandang mata, karya seni yang baik harus memenuhi syarat keamanan bagi semua orang yang menikmatinya atau dengan kata lain harus meminimalkan risiko kecelakaan. Tiba-tiba teringat dengan karya unik dari seniman nyentrik, Ludira Yudha. Ia sukses memasang karya mirip umbi-umbian di salah satu sudut lobi hotel dari hasil merangkai karya yang menghabiskan lebih dari 200 kg kawat. Seperti yang sudah diketahui, instalasi karya ini dengan cara digantung. Wah, amankah?

Karya Indah Ludira Yudha (Dok.Pri)
Karya Indah Ludira Yudha (Dok.Pri)
Setelah saya mencari informasi, pihak hotel dan seniman menjamin keamanan instalasi karya cantik ini karena sudah dilengkapi dengan perlengkapan gantung yang mampu menahan berat benda lebih dari 250 kg. Jadi, karya yang lumayan berat ini dijamin aman menggantung pada tempatnya dan risiko jatuh juga sangat kecil. Fix ya, unsur keamanan dari seni yang dipamerkan juga menjadi prioritas dari pesta seni bertajuk GAIA Art Movement ini.

4. Memanfaatkan Material 'Alam' untuk Mewujudkan Keindahan

Kekayaan alam Indonesia sangatlah berlimpah. Jadi tak heran jika GAIA Cosmo Hotel juga ikut memanfaatkan kekayaan alam untuk mewujudkan seni beraliran 'mother of earth' dari tangan lincah para seniman terpilih.

Karakteristik materi yang dipilih oleh seniman akan menentukan teknik pembuatan hinggu wujud karya seni yang dihasilkan. Tentu ini akan berpengaruh pada kualitas karya yang akan diproduksi. Kebetulan sekali, kemarin saya sempat ikut workshop yang diadakan oleh para seniman. Jika Dedy Shofianto menggunakan material kayu, lain lagi dengan Apri Susanto yang menggunakan material tanah untuk membuat keramiknya.

Dedy Shofianto berbaju hitam-pink dan karya gelang keramiknya (Dok.Pri)
Dedy Shofianto berbaju hitam-pink dan karya gelang keramiknya (Dok.Pri)
Saat workshop, seniman berbadan semok ini menuturkan bahwa tanah nusantara, dimana hasil olahannya biasa disebut gerabah, memiliki nilai seni dan keunikan tersendiri. Untuk membuat ratusan keramik yang kini terpajang cantik di pinggiran kolam renang, ia menggunakan tanah lokal. Proses pembuatannya menggunakan teknik cetak tuang, dimana kelebihannya bisa mengatur sendiri ketebalannya serta lebih hemat penggunaan tanahnya.

Workshop membuat karya seni dari tanah liat bersama Dedy Shofianto (Dok.Pri)
Workshop membuat karya seni dari tanah liat bersama Dedy Shofianto (Dok.Pri)
Proses pembuatannya bisa makan waktu sekitar 1 minggu, dimana alurnya meliputi proses pembentukan, lalu setelah hingga 3-4 hari dilakukan proses pembakaran biskuit (pertama) pada suhu 900 derajat celcius agar bodi lebih kuat. Setelah itu, seniman ini melakukan proses glasir atau pengecatan pada karya dan dibakar kembali untuk kedua kalinya. Untuk gelang keramiknya ini, Apri memilih tekstur mengkilap agar senada dengan tema air yang ada di kolam renang.

Nah, jadilah karya indah ini. Ia menegaskan, bisa saja jika pembakaran hanya dilakukan sekali namun risikonya lebih besar karena karya bisa lebih mudah pecah, retak atau bahkan glasir tidak menempel sempurna. Terbukti kan, material alam bisa menghadirkan karya seni yang sangat indah? :D

5.  Kreativitas Seniman Mempengaruhi Kualitas Karya

Setiap orang pada dasarnya memiliki karakter kuat yang terbentuk dari unsur internal maupun eksternal, begitu juga dengan seniman. Seniman yang baik dapat menghasilkan karya unik dan tentu memiliki bobot atau kualitas yang dapat dirasakan oleh penikmatnya. Bahkan jika karya seni itu bisa 'berbicara', maka tak jarang orang dapat 'mendengarkan' makna yang tersirat.

Dery Pratama adalah seorang seniman yang menurut saya memiliki kreativitas tinggi. Ia membangun sebuah karya unik yang dipajang di resto lantai 1 bagian smoking area--- dimana dari kejauhan karyanya tampak seperti bantal atau sofa empuk namun saat disentuh secara dekat, ternyata  keras karena berbahan dasar logam. Wow, sekreatif apa sih dia?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun