Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Inilah Tantangan SCM Industri Migas di Indonesia

10 April 2015   12:53 Diperbarui: 16 Februari 2016   21:54 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_409146" align="aligncenter" width="549" caption="Industri Hulu Migas (sumber gambar : www.ciputranews.com)"][/caption]

Dinamika lingkungan industri migas serta persaingan yang semakin ketat telah menumbuhkan berbagai industri baru yang ada di negara kita. Oleh karenanya, dibutuhkan manajemen dari jaringan bisnis migas yang saling terhubung untuk menjadikan suatu produk yang lengkap dan menyediakan berbagai layanan yang dibutuhkan oleh konsumen akhir (end customer). Manajemen inilah yang sering disebut sebagai Supply Chain Management (SCM).

Manajemen rantai suplai atau Supply Chain Management (SCM) di industri migas memiliki bentuk jaringan yang khusus, dimana aktivitasnya dimulai dari penambangan, produksi/refinery dan distribusi produk. Integrasi dari masing masing fungsi yang melibatkan banyak perusahaan dalam industri migas memegang kunci kesuksesan dalam meminimalisasi biaya keseluruhan supply chain.

[caption id="attachment_409149" align="aligncenter" width="549" caption="Fungsi SCM dalam Industri Hulu Migas (sumber gambar : gamil-opinion.blogspot.com)"]

1428644301900220702
1428644301900220702
[/caption]

Industri migas harus memiliki jaringan SCM yang baik dalam pengelolaan produksinya. Persaingan yang ada sekarang menuntut perusahaan pertambangan dan migas untuk tidak hanya berfokus pada kemampuan internal namun juga pada kolaborasi dengan pihak ekternal, baik supplier maupun distributor. Pelaku industri migas harus mampu mengontrol supply chain secara efisien sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk migas yang memenuhi kriteria Cost, Quality & Delivery yang unggul di pasar. Karena peran SCM menjadi sangat penting dalam pengelolaan industri migas mulai dari hulu ke hilir, maka dibutuhkan strategi khusus yang harus dilakukan pemerintah dan para pelaku industri agar menghasilkan kolaborasi yang efektif dalam mencapai tujuan bersama.

Supply Chain Management (SCM) ini memiliki tujuan agar proses pengelolaan seluruh rangkaian aktivitas dalam industri migas dapat berjalan lebih efektif & efisien dengan ringkasan sebagai berikut :

    1. SCM harus dapat mendistribusikan produk migas secara tepat waktu untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
    2. SCM harus bekerja keras mengurangi biaya-biaya produksi agar dapat meingkatkan margin laba.
    3. SCM harus mampu meningkatkan segala hasil dari seluruh supply chain (bukan hanya satu perusahaan) sehingga dapat menciptakan sistem kolaborasi yang efektif.
    4. SCM harus dapat mengatur waktu produksi dengan lebih singkat.
    5. SCM harus  memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi migas agar dapat memenuhi kebutuhan pasar di berbagai daerah secara merata.

Dalam menjalankan fungsinya, tentu SCM sering mengalami kendala yang menghambat kinerja manajemen dalam mengatur arus produksi hingga distribusi migas kepada masyarakat. Lalu, MASALAH dan TANTANGAN apa saja yang sering dihadapi oleh Supply Chain Management (SCM) di industri migas Indonesia saat ini? Berikut ulasannya :

 

1. Para Professional SCM ‘kurang memiliki bekal ilmu’ dalam menjalankan tugasnya

Tantangan Supply Chain di industri migas sangatlah banyak. Seringkali SDM sebagai pelaku di SCM kurang dapat memahami dan mengoptimalkan proses bisnis perusahaan, kurang memahami cara berkolaborasi dengan pihak eksternal secara efektif atau bahkan sulit menyelesaikan masalah saat dalam keadaan darurat. Akibatnya, tujuan utama dari SCM sendiri menjadi semakin pudar bahkan banyak kerugian materi karena output tidak sesuai target.

--> SOLUSINYA :

Agar para pelaku industri yang terlibat di dalamnya benar-benar memahami prinsip kerja SCM secara komprehensif, maka perlu adanya pelatihan yang diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan yang timbul. Pelatihan ini ditujukan bagi professional supply chain di manajemen migas dari berbagai fungsi, seperti manajer, supervisor, staff, logistik, marketing dst. Tujuan diadakannya pelatihan ini agar mereka dapat lebih memahami konsep SCM di industri migas, mudah menghadapi berbagai tantangan, mampu menerapkan teknologi yang mempengaruhi kesuksesan, mengetahui cara menghadapi masalah dengan cepat dll. Dengan pelatihan ini, SCM diharapkan dapat menjalankan fungsinya dengan lebih maksimal.

2. SCM dituntut ‘tetap beroperasi secara efisien’ ketika biaya eksplorasi dan produksi semakin tinggi.

Harga minyak yang tinggi tidak akan menjadi masalah ketika biaya modal dan operasional masih terback-up oleh pendapatan minyak dalam volume produksi yang ekonomis. Namun ketika pendapatan dan kualitas produk minyak mentah bergantung pada kemampuan produksi sumur yang dieksploitasi, maka stategi terbaik yang harus dilakukan SCM adalah harus memangkas biaya produksi.

--> SOLUSINYA :

SCM harus mampu bekerja sama dengan pihak lain untuk menurunkan biaya produksi dengan cepat. Hal yang harus dilakukan SCM adalah dengan bergabung dengan berbagai komunitas perminyakan dunia, seperti CRINE (Cost Reduction in New Era) di kalangan pelaku operasi migas di North Sea, CORAL (Cost Reduction Alliance) di Malaysia, ataupun KRIS (Cost Reduction Indonesian Style) di Indonesia. Sekalipun terlalu banyak pihak yang menjadi penentu kebijakan dalam industri migas, diharapkan tidak akan menyulitkan SCM dalam mewujudkan terobosan baru untuk menjalankan fungsinya secara lebih efisien.

 

3.  SCM harus ‘Siaga’ saat Pemerintah Melakukan Regulasi Tanpa Integrasi

Dalam mengembangkan industri migas, negara campur tangan mengatur proses pengadaan dan manajemen asset yang dilakukan oleh KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Padahal, pengadaan dan manajemen asset adalah bagian dari fungsi SCM. Kementrian ESDM, Perindustrian, bahkan Presiden sering turut campur memunculkan regulasi tanpa integrasi. Akibatnya, pelaku SCM di KKKS terlalu sibuk menjalankan semua regulasi yang berlaku bahkan berbagai peraturan kerja instansi pemerintah juga dimasukkan dalam KKKS.  Jika tak dipatuhi, biaya investasi tidak akan kembali. Hal ini selain menyulitkan pelaku SCM pada Industri Hulu Migas untuk patuh, juga membuat fungsi SCM Hulu Migas bergeser. SCM yang fungsi utamanya menekan ‘biaya operasional’ akhirnya harus rangkap kerjaan bahkan kalau memungkinkan terpaksa ‘banting setir’ agar biaya investasi kembali.

--> SOLUSINYA :

Kondisi rantai suplai dalam industri migas harus terintegrasi, baik dalam kegiatan eksplorasi (seismic), pengeboran (drilling) maupun (eksploitasi). Oleh karenanya, Pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan mengintegrasikan seluruh pihak yang terkait dengan fungsi SCM dalam mengkolaborasikan berbagai industri demi menghasilkan migas yang berkualitas & sesuai permintaan pasar. SCM harus berfungsi sebagaimana mestinya sehingga Pemerintah diharapkan dapat lebih ‘mempermudah’ kerja dengan memangkas berbagai peraturan yang menyulitkan karena pada akhirnya negara pun akan menerima keuntungan ketika segala proses di industri migas, mulai dari pengeboran, produksi hingga distribusi bisa berjalan dengan lancar.

 

4. SCM harus memiliki ‘Komitmen & Tujuan’ jelas saat berkolaborasi dengan beberapa industri terkait

SCM harus menjadi penentu pelaksana dalam menjalankan fungsinya agar membangun kerjasama yang efektif dan menghasilkan dalam pengembangan industri hulu migas. Berbagai prinsip dasar dalam melakukan kerjasama harus ditajamkan dari awal agar proses kolaborasi dapat berjalan dengan lebih cepat dan sesuai dengan target yang diharapkan. Komitmen, tujuan dan hasil akhir dari proses kerja sama ini harus menjadi hal utama yang harus dipahami oleh perusahaan terkait sehingga keduanya dapat menjalin kerjasama yang transparan serta dapat bergerak sesuai fungsi masing-masing.

--> SOLUSINYA :

SCM dan perusahaan terkait harus dapat memaksimalkan fungsinya, baik dalam sharing informasi, berbagai potensi sumber daya yang mereka miliki, paham tanggung jawab masing-masing serta kolaborasi kemampuan agar semakin memudahkan kerjasama dan mencapai tujuan bersama.

Bagaimana cara membangun kolaborasi yang efektif? Beberapa hal yang harus dilakukan bersama adalah :

    • Menunjukkan rasa saling-percaya (trust) dan komitmen antara pihak-pihak yang berpartisipasi.
    • Mendefinisikan secara jelas nilai, tujuan atau hasil yang hendak dicapai dari kolaborasi yang dilakukan.
    • Menyetujui biaya dan manfaat bersama sejak awal kerjasama agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan saat proses berjalan.
    • Melakukan perubahan yang melibatkan supplier dan customer untuk meminimalkan risiko dan mengantisipasi masalah yang datang sewaktu-waktu.

Dalam menjalankan fungsi utamanya, secara garis besar seluruh SDM yang tergabung dalam SCM memang dituntut untuk jeli dalam melakukan riset pasar, merencanakan berbagai produk yang akan diproduksi, mengatur dan menjaga kolaborasi dengan perusahaan terkait, mengatur supply bahan baku dan perlengkapan secara menyeluruh, merencanakan kapasitas produksi, mengendalikan kualitas hasil produksi, mengatur jaringan distribusi serta memonitor pelayanan di setiap pusat distribusi migas.

Itulah berbagai tantangan masa kini yang dihadapi oleh SDM saat melaksanakan tugasnya dalam SCM industri hulu migas. Diharapkan agar SCM dapat terus bekerja secara professional. Melakukan kolaborasi dengan stakeholders serta mengembangkan Strategic Supply Chain Management secara internal adalah langkah utama yang harus dilakukan SCM untuk meningkatkan kinerja supply chain dalam industri hulu migas. Dengan menjalankan fungsinya dengan baik, SCM dapat berperan sebagai multiplier effect bagi perekonomian Indonesia serta menumbuhkembangkan industri nasional.  Selain itu, diharapkan juga Pemerintah dapat mendorong perkembangan ekonomi melalui industri hulu migas dengan berbagai kebijakan yang efektif dan teratur agar operasi industri migas dapat berjalan dengan baik dan berjalan secara harmonis sesuai dengan peraturan yang ada.
[caption id="attachment_409151" align="aligncenter" width="549" caption="Kelompok kerja SCM (Capture dari KOMPASIANA NANGKRING - Kapnas-final.pdf)"]

14286444132058002679
14286444132058002679
[/caption]

Kesuksesan SCM dalam melaksanakan fungsinya akan dapat membantu mewujudkan tujuan negara dalam menyelenggarakan industri hulu migas, diantaranya adalah : menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha Eksplorasi dan Eksploitasi yang berdaya saing tinggi; menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan dan Niaga secara akuntabel; mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional; meningkatkan pendapatan negara untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional serta menciptakan lapangan kerja; serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang adil dan merata, serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Semoga Industri Migas di Indonesia semakin berkembang dengan memiliki SDM yang profesional dan siap siaga dalam menjalankan tugas sesuai fungsinya dalam Supply Chain Management (SCM).

Semoga Bermanfaat, Riana Dewie

 

Sumber referensi :

KOMPASIANA NANGKRING - Kapnas-final.pdf

http://www.skkmigas.go.id/

http://gamil-opinion.blogspot.com/2011/02/tantangan-fungsi-supply-chain.html

http://pararamparam.blogspot.com/2014/07/scm-hulu-migas-masih-setengah-matang.html

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun