Hai sahabat pembaca!
Terima kasih sahabat selalu setia hadir pada tulisan-tulisan saya yang masih jauh dari kedalaman ilmu pengetahuan ini.
Ilmu Tanpa Adab, Membuat Saya Tidak Ada Apa-Apanya Dimata Allah dan Seluruh Makhluk.
Inilah judul yang membuat saya tertunduk malu di hadapan Allah dan begitupun kepada sahabat pembaca budiman yang begitu setia menemani saya.
Saya selalu introspeksi dibalik kondisi uzlahnya diri saya. Untuk apa saya memiliki ketinggian ilmu, namun dalam persoalan adab saja saya masih dapat kritikan dari orang-orang terdekat?
Memang... kritikan dari orang-orang terdekat adalah cambuk yang sangat membangun diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk kemudian saat selesai kondisi uzlah, saya dapat diterima seluruh lapisan masyarakat dan golongan usia, karena dengan adab yang dapat diterima seluruhnya.
Rasa malu ini... apalagi jika saya sudah dianggap sebagai Guru atau Panutan, sekalipun dalam media beyond blogging ini, walaupun belum bertatap muka, memang benar-benar hadir melekat pada diri saya pribadi.
Saya belajar membenahi diri detik demi detik, hari demi hari. Mengoreksi setiap aksara demi aksara tertulis di media ini di kemudian waktu, agar dapat berinteraksi lebih baik lagi dan dapat diterima sahabat dari semua generasi (komunikasi yang beradab dengan jangkauan 360 derajat), baik yang saya tuakan dengan penuh rasa hormat, dan juga yang saya mudakan dengan penuh rasa sayang karena Allah.
Kalimat sapaan akhir yang sering saya tuliskan seringkali saya tak lupa tuliskan sebagai bentuk apresiasi luhur.
"Semangat kita... tidak pernah padam!"
Semoga kalimat penutup sapaan ini memang menjadi jenama saya pribadi yang melambangkan rasa kasih sayang dan hormat saya kepada Rekan Kompasianer dan sahabat pembaca.
Lebih baik malu di awal tak membuat malu diri sendiri kemudian hari... daripada malu saat setelah mendapatkan dampak dari perbuatan yang dilakukan diri... itulah kalimat yang saya pegang sampai saat ini.