Mohon tunggu...
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)
INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian) Mohon Tunggu... Penulis - Cimahi, 1 Mei 1994. Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. 🌏 Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki 🌏 Link Akun Pertama: https://www.kompasiana.com/integrityrian 🌏 Surel: indsafka@gmail.com 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bedakan antara Marah dalam Keadaan Sadar dan Marah dalam Keadaan Tidak Sadar!

29 Desember 2022   06:40 Diperbarui: 29 Desember 2022   07:11 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marah (jatim.nu.or.id)

Hai sahabat pembaca!

Banyak yang beranggapan bahwa marah adalah sumber ketidaksadaran. Namun ada pula yang memahami marah yang benar adalah bentuk ketegasan.

Oleh karenanya mari kita bahas bersama marah seperti apa yang berasal dari ketidaksadaran, dan marah apa yang berasal dari kesadaran?

Yuk kita simak!

Sahabat mungkin pernah marah ketika bertujuan ingin memberikan peringatan akan suatu bahaya kepada orang yang kita cintai? Apakah ini bentuk ketidaksadaran? Coba kita renungkan...

Atau mungkin sahabat marah karena rasa benci dan dendam yang membara agar orang lain yang menyakiti kita merasakan apa yang kita rasakan? Apakah ini bentuk kesadaran? Mari kita renungkan...

Kalau sudah ketahuan jawabannya. Berarti sahabat sudah menemukan perbedaan antara Marah yang berasal dari kesadaran dan mana Marah yang berasal dari ketidaksadaran.

Meningatkan sesama (syarif.id)
Meningatkan sesama (syarif.id)

Marah dari kesadaran berasal dari semangat jiwa kita yang ingin menyelamatkan sesama, cirinya adalah memberikan warning atau peringatan suatu bahaya kepada sesama, berdasarkan ketajaman insting kita dan kedalaman ilmu kita.

Murka (id.depositphotos.com)
Murka (id.depositphotos.com)

Sementara Marah dari ketidaksadaran berasal dari Setan yang menguasai hati kita, marah yang bersifat destruktif dan didasari sifat negatif seperti benci, dengki, dendam, kikir, rakus, serakah, arogan, dan pemenuhan syahwat.

Tulisan ini bukan ditujukan membenarkan sikap marah-marah, namun dengan apa yang kita bahas saat ini, tentu kita lebih bijak memaknai marah. Apakah marahnya sesama ternyata memberikan keselamatan bagi diri kita hingga masa yang mendatang, atau malah menghancurkan diri yang memarahi kita juga melukai hati yang dimarahi?

Bagaimana? Sahabat tentu sekarang makin bijak menyikapi marah kan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun