Mohon tunggu...
Rian Raymon Tarantein
Rian Raymon Tarantein Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnalist//Adventurer//Nature Lovers//Humanitarian Volunteers
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Born in Merauke, E-mail : rianraymont@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tradisi Berburu Unik ala Suku Adat Kanume

18 Mei 2021   16:33 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:39 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Seorang Warga Suku Kanum Sedang Melakukan Kegiatan Berburu (Sumber : dokpri/AbdelSyah

Cara berburu unik lainnya oleh Suku Kanum ialah dengan cara melepaskan Jubi dan mengejar arah buruan sambil meneriakan kalimat "Sigera". Sigera merupakan bahasa Suku Kanum yang artinya "kejar". Biasanya setelah dipanah hewan buruan masih bisa berlari, untuk mengatasi masalah tersebut mau tidak mau mereka harus mengejar buruannya agar tidak kehilangan jejak.

Hasil yang didapatkan setelah berburu berhari-hari biasanya bisa mencapai 2 hingga 4 ekor. Hasil buruan sebagian akan digunakan sebagai konsumsi sehari-hari untuk bertahan hidup dan sisanya akan di jual kembali di pasar kota.

Hukum Adat Sassi

Sassi Sebagai Bentuk Larangan Sementara Kegiatan Berburu Hewan (sumber : dokpri/AbdulSyah)
Sassi Sebagai Bentuk Larangan Sementara Kegiatan Berburu Hewan (sumber : dokpri/AbdulSyah)
Suku kanume tidak tiap hari berburu hewan. Mereka biasanya akan berburu di saat-saat tertentu saja, seperti saat bulan terang. Jika dirasa hewan di dalam hutan adat sudah mulai berkurang, maka Suku Kanume akan memasang Sassi oleh Ketua Adat.

Sassi adalah tanda larangan berburu dalam jangka waktu tertentu. Sassi terbuat dari daun kelapa atau kayu yang di tanam di wilayah tersebut. Pemasangan Sassi bertujuan untuk memulihkan kembali ekosistem wilayah tersebut, dimana hewan-hewan yang hidup dirasa sudah mulai berkurang jumlahnya. Bahkan pemasangan Sassi di beberapa tempat di tanah adat dapat kita temukan sampai sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun