Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Fiksi Ramadan] Amanat dalam Sarung Bapak

14 Mei 2020   16:06 Diperbarui: 14 Mei 2020   15:58 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Fiksi Ramadan] Amanat Dalam Sarung Bapak

Pagi masih berembun. Udara begitu dingin. Jalanan becek sisa hujan kematin malam, tak menjadi halangan bapak untuk berangkat ke sawah. Seperti biasa, bapak tidak pernah bawa bekal nasi apa lagi ini hari puasa. Terasa hari- hari dihabiskan bapak untuk di sawah.

Bila tidak puasa bapak membawa bekal air sebotol kecil, sajadah, baju untuk salat tak lupa sarung.

"Pak, lengkap sekali bekalnya mau pulang jam berapa nanti dari sawah?" Tanya ibu yang sedari tadi menumbuk jagung untuk nasi empok. "Ya jam lima biar dekat dengan buka puasa." Bapak menjawab dengan penuh semangat.

Kalau aku libur sekolah biasanya jam dua siang kulihat bapak di sawah. Sambil memetik kangkung dan selada air. Bapak orangnya rajin dan terampil menanam apa saja di sawah.

Selain menanam padi, bapak menanam juga ubi, dan kacang panjang di pematang sawah. Ada pisang dan jambu di pojok sawah. Aku suka mengambil jambu jambu yang masak pohon. Manis sekali rasanya.  Ada tanaman bentul di bawah bambu dibagian bawah sendiri sawah bapak.

Bentuk terasering sawah, juga bangunan gubuk di pinggir sawah begitu asri bila di pandang. Jika tidak puasa gubuk itu digunakan untuk makan bersama. Wah nikmat rasanya makan di gubuk sawah sambil melihat padi yang hijau mulai merunduk. Ditemani angin semilir rasa lapar ini semakin tergoda.

Pixabay.com
Pixabay.com
Kulihat gubuk di sawah bapak ini beda dengan gubuk-gubuk di sawah lainnya. Tampak bersih. Ada alas tikar sederhana yang di alasi plastik juga sederhana. Di atap gubuk tergantung baju putih dan sarung yang digunakan bapak untuk salat.

Meski bekerja sebagai petani bapak tidak pernah meninggalkan salat. Selalu begitu adzan di dengar dibersihkan badannya. Ada sebuah pancuran air bersih di sebelah gubuk di mana bapak membuat khusus untuk mencuci baju, mandi dan mengambil air wudhu.

Tetapi ketika musim kemarau, tempat itu  juga digunakan untuk mencuci baju orang-orang kampung, dan mengambil air untuk minum. Di pancuran itu ditata batu-batu dengan rapi untuk mencuci.

Itulah bapak. Tak pernah mengeluh. Salat pun dilakukan di gubuk sederhana itu. Sarung coklat itu sering dipakai salat di sawah. Baju-baju yang kotor selalu dicuci di sawah. Tak pernah dibawanya pulang. Ketika pulang bapak selalu tampak bersih. Begitu juga cangkul dan sabit yang dibawanya bersih dan mengkilat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun